SEBUAH KISAH: Sekuncup Bunga Mekar (Bagian 13)
Jeda
waktu yang tersedia saya gunakan untuk berkumpul dengan teman-teman mudika di
gereja. Ketika itu saya melihat seorang gadis yang rasa-rasanya saya kenal sejak
kecil, sekarang sudah tumbuh semakin dewasa. Pada saat ketua lingkungan membentuk
pengurus mudika, saya ditunjuk menjadi ketua, dan gadis kecil itu ditugaskan
sebagai bendahara. Dengan tugas dalam
kelompok mudika tersebut, kami sering bertemu. Rasanya aneh bagi saya. Sepertinya ada getar-getar yang menggelisahkan hati saya. Untuk beberapa lama saya mencoba
menahan perasaan itu, sambil mencari jawaban, apakah saya jatuh cinta? Saya
mencoba menahan diri untuk tidak terlalu terburu-buru mengambil keputusan.
Keputusan hanya akan saya ambil setelah melakukan proses merenung dalam diam:
“Dalam
keheningan pagi yang cerah, dua mata memejam. Di bawah hembusan udara pagi, ku merasa masuk ke sebuah taman. Di taman itu tampak berbagai bunga indah.
Bunga-bunga itu saling bergerak, seakan memanggilku untuk datang kepadanya, seakan berharap aku mau memetiknya. Namun hatiku tidak tertarik pada bunga-bunga itu. Hatiku
justru terusik oleh diamnya sebuah kuncup bunga yang sedang mekar. Dia diam,
namun memancarkan keindahannya. Perlahan langkah kakiku membawa kepadanya”
Komentar
Posting Komentar