SEBUAH KISAH: Sekuncup Bunga Mekar (Bagian 13)

 



Jeda waktu antara sesudah KKN dan menyelesaikan penelitian skripsi cukup panjang. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menuliskan gagasan dan analisa data. Saya mengerjakan penulisan skripsi menggunakan mesin ketik manual. Sering kali saya harus mengerjakan sepanjang malam. Saya ke kampus jika saya merasa tulisan saya sudah cukup membahas bagian yang sedang dikerjakan. Itupun kadang tidak bisa bertemu dengan dosen pembimbing utama, karena kesibukan beliau menyelesaikan studi S3 di Bogor.

Jeda waktu yang tersedia saya gunakan untuk berkumpul dengan teman-teman mudika di gereja. Ketika itu saya melihat seorang gadis yang rasa-rasanya saya kenal sejak kecil, sekarang sudah tumbuh semakin dewasa. Pada saat ketua lingkungan membentuk pengurus mudika, saya ditunjuk menjadi ketua, dan gadis kecil itu ditugaskan sebagai bendahara. Dengan tugas  dalam kelompok mudika tersebut, kami sering bertemu. Rasanya aneh bagi saya. Sepertinya ada getar-getar yang menggelisahkan hati saya. Untuk beberapa lama saya mencoba menahan perasaan itu, sambil mencari jawaban, apakah saya jatuh cinta? Saya mencoba menahan diri untuk tidak terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Keputusan hanya akan saya ambil setelah melakukan proses merenung dalam diam:

“Dalam keheningan pagi yang cerah, dua mata memejam. Di bawah hembusan udara pagi, ku merasa masuk ke sebuah taman. Di taman itu tampak berbagai bunga indah. Bunga-bunga itu saling bergerak, seakan memanggilku untuk datang kepadanya, seakan berharap aku mau memetiknya. Namun hatiku tidak tertarik pada bunga-bunga itu. Hatiku justru terusik oleh diamnya sebuah kuncup bunga yang sedang mekar. Dia diam, namun memancarkan keindahannya. Perlahan langkah kakiku membawa kepadanya”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)