CERITAKU: Ospek SMA (Bagian 20)

 


Sebagaimana umumnya, hari-hari pertama masuk sekolah di SMA adalah pelaksanaan kegiatan orientasi peserta didik baru atau yang disebut ospek. Penyebutan ospek untuk tingkat pelajar SMA sebenarnya kurang tepat, sebab ospek memiliki kepanjangan Orientansi Studi dan Pengenalan Kampus. Tentu kegiatan ospek lebih tepat digunakan untuk para mahasiswa baru.

Ospek di SMA Negeri Wonosari dilaksanakan oleh panitia dari OSIS. Acara pertama adalah upacara pembukaan tahun pelajaran, kemudian penjelasan tentang aturan bagi siswa baru. Setelah itu diumumkan daftar siswa tiap kelas. Saya masuk ke dalam kelas 1B bersama teman-teman dari berbagai sekolah menengah pertama dari seluruh penjuru kabupaten Gunung kidul.

Materi kegiatan ospek meliputi pengenalan sekolah, lagu mars sekolah, keterampilan baris berbaris, dan berkenalan dengan teman-teman sekelas. Yang menjadi ciri khas ospek adalah penggunaan atribut, yaitu  berambut cepak (bagi yang laki-laki), berambut ikat (bagi yang perempuan), topi bola, dan kalung tali raffia sebagai penggantung papan kenal. Sebagai persiapan saya mengikuti kegiatan ospek yaitu menyiapkan segala atribut, dan pangkas rambut cepak di tukang cukur DPR (Di bawah Pohon Rindang) yang mangkal di dekat alun-alun Wonosari.

Panita ospek, ketika memberikan materi baris-berbaris terkesan galak-galak. Banyak di antara kami murid kelas 1 mendapat bentakan, dan pukulan lintingan kertas koran saat melakukan kesalahan. Ada juga yang disuruh melakukan push up karena melakukan gerakan baris-berbaris yang salah. Pada hari terakhir, ketika sedang menata barisan untuk apel penutupan, ada beberapa teman yang dihukum melakukan push up sebanyak 60 kali. Pada hitungan ke 10, tiba-tiba ada seorang panitia yang menyatakan ketidaksetujuannya atas hukuman puhs up. Timbullah percekcokan di antara panitia ospek yang mengarah pada perkelahian. Ketua panitia lantas memarahi kami seluruh peserta ospek, bahwa akibat kami tidak serius mengikuti kegiatan menyebabkan terjadinya perselisihan pendapat kakak panitia. Ketika kami terdiam, termenung oleh kata-kata ketua panitia,  seorang guru masuk ke lepangan mendekati ketua panitia dan menanyakan apa yang terjadi. Tiba-tiba seluruh panitia bertepuk tangan, lantas saling berpelukan.

Oh, hanya sebuah drama rupanya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)