CERITAKU: Pola Pikir Sederhana, tetapi Out of The Box (Bagian 44)



Keluarga besar sangat mengapresiasi keberhasilan saya masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur PMDK. Di antara mereka yang ikut bergembira, ada juga yang mengendurkan semangat saya untuk menempuh pendidikan tinggi. Mereka meragukan, apa orang tua saya sanggup membiayai saya di perguruan tinggi, sebab orang tua saya hanya seorang petani dusun yang penghasilannya tidak seberapa. Ada juga yang menyesalkan mengapa saya memilih program strata 1 (S1) yang memerlukan waktu lama, mengapa tidak mengambil program D2 saja? Alasannya, lagi-lagi keraguan mereka atas kemampuan orang tua saya membiayai kuliah sampai selesai.

Namun, ayah dan ibu saya sangat mendukung kelanjutan pendidikan saya di IKIP Negeri Yogyakarta dalam program Strata 1. Ayah dan ibu menguatkan bahwa rejeki dan nasib seseorang sudah ada yang mengatur. Tugas kita adalah berdoa dan berpasrah diri kepada Allah sang pemberi hidup. Ayah dan ibu saya menyadari bahwa yang bisa diwariskan kepada anak-anaknya hanyalah ilmu. Dan ilmu itu hanya bisa diraih melalui proses pendidikan setinggi-tingginya.

Kedua orang tua saya memang seorang petani dusun. Tetap visi ke depannya sungguh melampaui pemikiran orang kebanyakan di dusun kami. Ayah dan ibu berprinsip dengan pikiran sederhana.” Pohon pisang itu jika dibiarkan berkumpul akan membentuk rumpun yang tidak subri, batangnya kecil, dan buahnya sedikit. Tetapi jika dipencar, lalu dipupuk dengan baik, maka pohon pisang itu akan berkembang baik, tumbuh subur, dan berbuah banyak, dan besar-besar”. Sebuah pemikiran sederhana, tetapi out of the box. Bahwa untuk sukses, harus berani berubah. Berkebalikan dengan pandangan masyarakat dusun pada umumnya  denga pola pikir bahwa “mangan ora mangan sing penting ngumpul”, artinya walau keadaan miskin sekalipun, yang penting kumpul bersama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)