CERITAKU: Jurusan IPA (Bagian 22)

 


Pembelajaran di kelas 1 SMA semester ganjil sudah berakhir. Rapor pendidikan diterimakan oleh wali kelas. Setelah saya buka, yang saya cari adalah keterangan jurusan. Saya mendapatkan jurusan IPA sesuai dengan harapan saya. Kemudian saya lihat di keterangan ranking, tertulis di luar 10 besar. Setelahnya saya perhatikan pada data profil (identitas), terdapat satu kesalahan yaitu penulisan asal desa, seharusnya desa Pangkah, tetapi tertulis Panggah. Maka, rapor saya kembalikan ke wali kelas untuk diperbaiki. Sehari kemudian rapor sudah diperbaiki.

Pada semester genap, susunan kelas 1 diatur lagi berdasarkan jurusan. Saya masuk kelas 1 IPA 2 dan menempati ruang kelas yang sama saat di semester ganjil. Karena pengaturan kelas berdasarkan jurusan ini maka terbentuk kelas dengan campuran siswa dari kelas-kelas lain. Suasana kelas baru. Menjadi tantangan bagi kami untuk mengakrabkan diri agar kelas menjadi kelas yang mendukung pembelajaran.

Jurusan IPA bagi kebanyakan orang dianggap jurusan yang paling baik, terdiri dari anak-anak pintar, serta memiliki kesempatan yang lebih besar dari jurusan IPS dalam memilih bidang pekerjaan dan memilih jurusan di perguruan tinggi. Sebuah pandangan yang bisa dimaklumi karena situasi dan kondisi masyarakat yang sangat mengagumi perkembangan teknologi. Apalagi sering disampaikan oleh pemerintah bahwa negara ini akan maju kalau dapat mengejar teknologi modern untuk berdiri sejajar dengan negara-negara lain. Seakan-akan masyarakat lupa bahwa dalam kehidupan terdiri atas banyak bidang dan semuanya dapat memberikan kebahagiaan.

Di SMA Negeri I Wonosari terdapat 3 jurusan, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa. Wali kelas kami menjelaskan, siswa yang merasa kesulitan berada di jurusan IPA boleh pindah ke IPS atau ke Bahasa. Ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan bahasa Indonesia dapat berkembang menjadi bahasa Internasional, saya sempat berkepikiran, jika saya mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di jurusan IPA, saya akan mengambil jurusan Bahasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)