CERITAKU: Penerangan Lampu Teplok (Bagian 21)

 


Pembelajaran di kelas 1 SMA berhasil saya ikuti dengan cukup lancar. Pertemanan dengan teman-teman sekelas juga terjalin akrab. Oleh guru, saya selalu ditempatkan di deretan depan, kadang di depan meja guru. Oleh sebab itu, saya menjadi salah satu murid yang sering ditunjuk oleh guru untuk menjawab


pertanyaan atau mengerjakan soal. Saya tidak selalu mampu menjawab dengan benar atas pertanyaan guru-guru tersebut. Namun, hal itu menjadikan saya lebih percaya diri dan memacu saya untuk rajin belajar.

Sebagai anak kos, saya dibekali oleh ibu peralatan memasak sederhana, yaitu kompor minyak, talenan, pisau dapur, lemper dan ulegan, dan lain sebagainya. Setiap pekan atau dua pekan sekali saya pulang ke rumah, dan saat kembali ke Wonosari dibekali beras dan beberapa macam sayuran kubis, buncis, bayam, dan terong. Tak lupa tempe buatan ibu. Sebagai anak kos saya betul-betul berlatih hidup mandiri. Segala sesuatu dikerjakan sendiri: masak, mencuci, menyeterika, dan yang paling penting adalah belajar dengan baik.

Untuk penerangan saat belajar, saya menggunakan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah. Setiap sore saya harus membersihkan kaca semprong agar nyala lampu teplok dapat lebih terang. Untuk menambah terang cahaya lampu teplok, saya membuat kerudung kertas putih yang dibagian tengah saya lubangi berdiameter sama dengan diameter semprong, kemudian saya pasang pada semprong. Tujuannya, agar cahaya yang terpancar ke arah atas dapat dipantulkan oleh kertas putih tersebut sehingga intensitas cahaya yang menyorot ke buku menjadi lebih kuat. Yah, sedikit mempraktikkan ilmu fisika cahaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)