CERITAKU: Alergi Belalang Goreng (Bagian 38)

 


Menjelang Ebtanas, kami siswa kelas 3 semakin intens dalam belajar. Bapak dan ibu guru dengan sabar mendampingi kami dalam proses belajar. Wali kelas meminta saya tetap menjadi tutor sebaya mendampingi salah satu teman yang mengalami kesulitan belajar. Kali ini bukan menjadi tutor bagi Reno Kaeksi, sebab Reno Kaeksi sudah bisa beradaptasi dengan ritme belajar di SMA Negeri I Wonosari. Saya menjadi tutor bagi Supriyanto yang rumahnya tidak jauh dari tempat kos saya.

Oleh karena kamar kos saya tidak memungkinkan untuk belajar bersama, orang tua Supriyanto meminta saya untuk bermalam di rumahnya terutama saat mendampingi Supriyanto belajar beberapa mata pelajaran yang menjadi kesulitannnya: Matematika, biologi, dan Bahasa Inggris. Sebagai balas jasa sudah mau mengajarinya, Supriyanto mengajari saya naik motor. Saya sering belajar naik motor di tanah lapang di samping SMA Negeri II Wonosari, tak jauh dari tempat kos saya.

Ada pengalaman tak terlupakan saat saya mendampingi belajar Supriyanto. Kala itu, di siang hari setelah saya tiba di rumahnya, saya disuguhi masakan berupa belalang goreng. Sebenarnya saya belum pernah makan belalang goreng, yang sudah biasa saya makan adalah jangkrik goreng. Saya berpikir belalang goreng mirip-mirip dengan jangrik. Oleh Karenanya saya langsung saja makan dengan lahap suguhan belalang goreng. Di malam hari saya terbangun karena merasa ada nyamuk yang menggigit di sana sini. Setelah saya garuk kok saya merasa ada yang aneh dengan wajah saya. Ketika saya bercermin, alangkah kagetnya saya! Wajah saya bengkak, alergi! Tetapi karena sudah larut malam, saya melanjutkan tidur sambil menahan rasa gatal. 

Paginya saya bangun dan merencanakan akan ke dokter untuk berobat. Saat saya mengecek kembali wajah saya, ternyata sudah tidak bengkak. Ajaib!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)