CERITAKU: Hasil Perjuangan (Bagian 14)

 


Teman satu kelas saya yang selama ini menjadi peringkat pertama juga memberi selamat kepada saya ketika diumumkan bahwa dia menjadi peringkat kedua. Dia juga bertanya bagaimana cara saya belajar sehingga nilainya dapat meningkat pesat. Saya jawab, rajin belajar saja. Masalah hasilnya seperti apa kita tunggu saja seperti apa. Lalu dia mengajak saya untuk bersaing secara baik, saling membantu dalam kesulitan belajar, terutama menghadapi ujian akhir. Ya, tahap akhir belajar di kelas 3 adalah mengikuti Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir).

Tibalah akhir cerita sekolah di SMP Negeri Semin. Pada sebuah apel di halaman sekolah, Kepala Sekolah menyampaikan pengumuman bahwa semua siswa kelas 3 dinyatakan lulus. Pengumuman kelulusan itu kami sambut dengan tepuk tangan, dan sambil berpelukan dengan teman-teman kami berjingkrak-jingkrak meluapkan rasa senang menerima kelulusan. Akhirnya, perjuangan kami selama 3 tahun belajar di sekolah lanjutan pertama mendapatkan hasil yang kami harapan: Lulus!

Sebagai bentuk pelepasan para lulusan, sekolah mengundang kehadiran orang tua kelas 3. Acara pelepasan lulusan tersebut diselenggarakan di balai desa Semin karena sekolah tidak memiliki ruang yang dapat menampung banyak orang. Pada acara terakhir, sekolah mengumumkan 3 siswa peraih juara 1-2-3. Nama saya termasuk yang dipanggil di antara 3 siswa. Yang pertama dipanggil berasal dari kelas 3C, kemudian saya (3B) dipanggil yang kedua, dan yang terakhir dari kelas 3B. Yang dipanggil terakhir ini diminta memberi sambutan dan menceritakan pengalaman selama bersekolah di SMP Negeri Semin. Oleh sebab itu, saya berpikir bahwa teman saya menjadi juara 2.

Sesudah kata sambutan yang disampaikan teman saya selesai, disampaikan bahwa kepala sekolah berkenan mengalungkan medali kepada masing-masing peraih juara. Juara ketiga, Sudibyo dari kelas 3C. Juara kedua (saya menghela napas), Sri Sugiasih dari kelas 3C. Suara tepuk tangan bergemuruh mengiringi pembacaan juara pertama. (saya menarik napas panjang, dan sedikit gemetar), saya pun diberi selamat oleh kedua teman saya, dan kepala sekolah menjabat tangan saya.

Sekolah lanjutan atas sudah dalam bayangan. Senyum sumringah harus saya berikan saat teman-teman, para guru, dan banyak orang tua yang memberikan ucapan selamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)