PENANDA



Pada akhirnya, saya menerima SK Pemberhentian sebagai pegawai di Yayasan Karya Sang Timur. Kepala sekolah mengantarkan surat itu dan menyerahkan pada saya, dan saya pun menandatangani buku penyerahan SK. Dengan hati mantap saya goreskan tanda tangan pada buku itu pada Senin, 6 Mei 2024 seusai peristiwa diumumkannya kelulusan peserta didik kelas 12 tahun pelajaran 2023-2024.

Pelan-pelan saya buka amplop berwarna coklat kemudian saya buka surat keputusan yayasan perihal pemberhentian pegawai. Puji Tuhan, disitu tertulis “Diberhentikan dengan hormat”. Sebuah akhir pengabdian saya sebagai guru di SMA Katolik Sang Timur, Jakarta yang sejak tanggal 7 Januari 1992 saya tercatat sebagai guru. Sebuah perjalanan panjang yang saya lakukan bagi panggilan pribadi dan panggilan profesi sebagai sebuah perutusan dari Tuhan. Saya meyakininya demikian, sebagaimana tertulis dalam kitab suci , ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”( Yeremia 1: 5)

31 tahun 9 bulan lamanya saya mengembangkan diri sebagai sosok pendidik di sekolah yang secara tidak terduga menjadi tempat berkarya bagi saya.  Sebenarnya saya, pada awalnya pergi merantau ke kota Jakarta untuk mengikuti seleksi pegawai di Departemen Tenaga Kerja setelah sebelumnya saya mendapat undangan yang juga tidak terduga karena saya tidak pernah melamar kerja ke Departemen tenaga Kerja di Jakarta. Rupanya, panggilan seleksi itu didasarkan atas data pencari kerja lulusan baru di mana setelah lulus sebagai sarjana pendidikan di akhir tahun 1991 saya mencatatkan diri di kantor Depnaker kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tuhan menuntun langkah saya ke sebuah SMA di Jakarta Barat, SMA Katolik Sang Timur pada bulan Desember 1991. Selasa, 24 Desember 1991 saya membawa seberkas surat lamaran menuju ke sekolah ini. Saat itu, saya merasakan bahwa sekolah ini akan menjadi tempat saya memberikan diri dan mengembangkan talenta yang sudah Tuhan berikan pada saya. Walau sudah beberapa surat lamaran kerja saya kirimkan ke berbagai sekolah di Indonesia, khususnya di sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kota Jakarta, tetapi hanya ke SMA Katolik Sang Timur yang surat lamaran kerja saya antar langsung. Nama Sang Timur sangat menyentuh diri saya, sebab dalam benak saya sudah sering terisi oleh nama sang Timur itu melalui sebuah lagu natal berbahasa Jawa yang sering dinyanyikan sejak saya masih kana-kanak:”Wus miyos Gusti Sang Timur, ayo ta prikanca sowan samya. Wus miyos Hyang Maha Luhur, kang tuhu asih tresnanya”.

Perasaan saya tentang sekolah ini terjawab 2 hari sesudah saya datang mengantar surat lamaran kerja. Pada saat itu, saya diterima dengan ramah oleh kepala sekolah, seorang biarawati yang mengenalkan diri dengan nama Sr. Alfonsa PIJ. Setelah wawancara seperlunya, saya diminta menunggu akan dikabari diterima atau tidak diterima melalui alamat yang bisa dihubungi. Pada hari Kamis, 26 Desember 1991 sebuah surat dibawa oleh kakak saya dari kantor tempat beliau bekerja. Memang, saya meminta ijin kakak untuk mencantumkan alamat kantornya sebagai alamat surat pada lamaran kerja yang saya buat dengan maksud untuk mempercepat pengiriman surat panggilan kerja. Dalam surat panggilan yang dikirim oleh Yayasan Karya Sang Timur tersebut, saya dinyatakan diterima untuk menjadi pegawai dengan status “percobaan”.

Terhitung sejak Selasa, 7 Januari 1992 saya mulai bekerja di SMA Katolik Sang Timur. Diperkenalkan kepada rekan-rekan guru yang sudah terlebih dahulu mengajar, juga dikenalkan kepada rekan-rekan karyawan. Semua menerima saya dengan tangan terbuka. Oleh sebab itulah, saya merasa nyaman berada di tengah-tengah orang-orang yang luar biasa. Dengan status new be, saya dipanggil sebagai anak ragil oleh kepala sekolah dan rekan-rekan guru. Singkat cerita, saya banyak belajar untuk lebih berkembang, dan menanggapi setiap tugas dengan sebaik-baiknya atas tugas dan tanggung jawab diberikan yang  oleh pimpinan di sekolah ini. Bagi saya, sebuah harapan dan talenta perlu terus dihidupi. “Karena setiap orang yang mempunyai , kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”. (Matius 25:29).

Pengalaman mengembangkan diri sebagai pendidik pada akhirnya membawa saya ke sebuah kesempatan di suatu siang hari Senin, 6 Mei 2024. Hari yang bersejarah bagi saya, karena sebuah Surat Keputusan menandai saya sebagai sosok guru yang diterima berkarya dalam sekolah dengan segala dinamikanya. Saya dinyatakan diperhentikan dengan hormat. Puji Tuhan, memang rencana Tuhan indah pada waktunya. Waktu yang diberikan oleh Tuhan bagi saya untuk mendampingi anak-anak biologis saya, serta tentang quality time bagi keluarga. Saya merasa bahwa waktu ini, saya diberi waktu yang cukup untuk membantu persiapan anak sulung saya untuk rencana pernikahannya dengan gadis pilihan hidupnya. Serta waktu yang lebih banyak bagi pendampingan anak-anak dalam menyiapkan masa depan.

Sebuah rencana telah saya siapkan selepas tidak lagi menjadi guru. Saya siap melanjutkan karya dalam jiwa seorang pendidik, yaitu tentang pemberian diri dan pelayanan yang masih bisa saya berikan. Selain lebih  banyak waktu bersama keluarga, saya akan lebih memberikan diri untuk gereja. Saya akan mengembangkan talenta lain yang sudah Tuhan berikan yakni menjadi pewarta. Untuk itu, Tuhan telah membuka jalan bagi saya mendalami kitab suci. Saya berharap dalam waktu yang disediakan saya dapat menyelesaikan waktu belajar dan memiliki kesempatan menjadi seorang pewarta kabar baik.Semoga saya dapat mengisi waktu dan ruang-ruang udara melalui karya yang dapat dinikmati banyak orang di seluruh dunia. “Sesudah itu Ia berkata kepada mereka, Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada semua makhluk!” (Markus 16:15).

Akhirnya, selamat tinggal Sang Timur. Namamu selalu ada di dalam hatiku yang paling dalam. :”Wus miyos Gusti Sang Timur, ayo ta prikanca sowan samya. Wus miyos Hyang Maha Luhur, kang tuhu asih tresnanya”. 31 tahun 9 bulan hanyalah sebuah penanda tentang pengalaman hidup bersama.


=====

Jika ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Jika ada umur yang panjang, saya tetap akan mandi.

Pergi ke timur melihat burung cenderawasih. Kepada Sang timur, saya ucap terima kasih

=====

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)