CERITA KECIL: Bencana Banjir (Bagian 33)
Suatu hari di musim hujan terjadi hujan lebat
sepanjang hari dan malam harinya. Kami warga dusun merasa cemas karena dalam
keadaan demikian dapat saja terjadi bencan alam, yaitu tanah longsor dan banjir
besar. Pagi harinya, kami mendengar suara kentongan bertalu-talu sebagai tanda
akan adanya ancaman bencana. Hujan lebat sehari dan semalam menyebabkan banjir
besar di sungai yang mengalir membelah dusun kami. Pagi hari, kami warga dusun
mendapati air sungai sampai meluap ke sisi dekat rumah penduduk yang paling
dekat daerah sungai.
Banjir besar di hari ini tidak memakan korban jiwa.
Yang menjadi korban adalah robohnya tiang penyangga jembatan yang menghubungkan
dua sisi dusun: Pangkah kulon dan Pangkah wetan. Beberapa warga melaporkan
bahwa ayam-ayam piarannya banyak yang tidak kembali ke kandang, mungkin hanyut
terbawa banjir besar itu.
Peristiwa banjir besar hari itu menurut penuturan
orang-orang tua merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi. Maka sangat
wajar ketika banyak orang yang justru melihat fenomena alam itu. Banyak anak-anak
kecil yang bermain-main di pinggiran luapan air sungai. Para orang tua
berteriak-teriak memberi peringatan kepada anak-anak yang sedang asyik bermain
air. Beberapa jam kemudian tampak luapan air sungai sudah mulai menyusut, dan
akhirnya menyisakan aliran air di badan sungai, walau tetap berbahaya jika
nekat menyeberanginya.
Sebelumnya, saat terjadi hujan deras di siang
harinya ada satu kandang sapi milik tetangga yang roboh menimpa tiga ekor sapi
di dalamnya. Teriakan minta tolong tetangga itu mengundang kami para
tetangganya untuk bahu-membahu menyingkirkan reruntuhan kandang. Untungnya,
ketiga ekor sapi yang tertimpa reruntuhan kandang masih hidup.
Komentar
Posting Komentar