CERITA KECIL: Udan Barat Gede (Bagian 45)

 



Datangnya musim hujan bagi kami warga dusun adalah musim penuh berkah. Saat musim hujanlah sumur-sumur kami terpenuhi dengan air penunjang kehidupan. Saat musim hujanlah warga bisa melakukan aktivitas bertani untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Saat musim hujanlah anak-anak bisa bermain air sepuasnya di sungai desa. Saat musim hujanlah, dusun dan desa serta ladang dan perbukitan menunjukkan gerak kehidupan, hijau royo-royo. Gemah ripah loh jinawi!

Namun ada kalanya musim hujan menjadi waktu yang menakutkan. Yaitu ketika hujan deras turun berjam-jam, bisa menyebabkan bencana tanah longsor, dan banjir besar. Belum lagi jika hujan disertai angin kencang. Warga di desa kami menyebutnya dengan istilah udan barat gede.

Suatu hari, terjadi hujan deras disertai angin yang sangat kencang, dan petir menyambar-nyambar. Kami warga desa hampir semuanya tidak berani berada di dalam rumah, karena sebagian besar rumah warga dibangun dengan model rumah umpak, bertiang kayu, dan beratap genting. Cukup rawan roboh jika tertiup angin besar. Hari itu angin bertiup sangat kencang ke arah tenggara. Di beberapa tempat angin bergerak berputar. Angin yang demikian ini mampu mengangkat rumah dan memelintir batang pohon hingga patah. Atau menyebabkan pohon-pohon di bukit tumbang.

Di pekarangan satu rumah tetangga yang letaknya di belakang rumah kami, terdapat beberapa pohon kelapa yang tinggi. Dari luar rumah kami, pandangan saya tertarik pada gerakan daun kelapa di belakang rumah tetangga tersebut. Saya melihat keadaan daun kelapa terpelintir sedemikian rupa oleh kencangnya angin yang berputar. Dan…. akhirnya, pohon kelapa tersebut patah, dan bagian atas pohon jatuh ke tanah. Beruntungnya, tidak sampai menimpa atap rumah tetangga.

Anehnya, saya melihat juga seorang laki-laki paruh baya justru menyusuri ladang-ladang di bukit dekat rumah kami. Oh ternyata memang sudah menjadi kebiasaan beliau. Yang ia lakukan adalah mencari rejeki kalau-kalau menemukan emas. Pak Joyo namanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)