CERITA KECIL: Melawan Semut Rangrang (Bagian 42)



Musim buah duwet atau jamblang telah tiba. Di dusun kami banyak warga yang menanam tumbuhan duwet di pekarangan sebagai tanaman pagar. Duwet juga banyak di temukan di ladang-ladang milik penduduk di pinggiran desa. Karena duwet bukan menjadi buah bernilai ekonomi, warga desa akan membiarkan anak-anak yang mencari duwet untuk dimakan. Masalahnya adalah bahwa setiap pohon duwet pasti dihuni oleh semut rangrang. Semut rangrang termasuk hewan teritori yang galak menjaga sarang. Gigitan semut rangsang cukup menyakitkan, lebih menyakitkan lagi jika saat menggigit semut-semut itu mengeluarkan cairan yang baunya asam.

Kami warga dusun memiliki pengetahuan turun temurun, apabila pohon buah yang banyak dihuni semut rangrang, biasanya buahnya manis. Termasuk buah duwet ini. Menghadapi kondisi demikian, hanya anak-anak yang bernyali tinggi yang berani memanjat pohon duwet. Anak-anak demikian ini menjadi harapan kami untuk mendapatkan buah duwet. Mereka memetik buah duwet sambil membawa kantong untuk wadah duwet, se mampunya selagi semut-semut belum banyak yang menyerbu.

Ada senjata rahasia agar dapat bertahan lama di atas pohon yang banyak semut rangsang. Senjata yang bisa digunakan adalah abu. Jika kami merencanakan mencari buah duwet, kami menyiapkan sejumlah abu untuk disebarkan pada batang yang menjadi jalur bergeraknya semut. Tetapi jika hanya spontan saja kepingin buah duwet saat bermain bersama di pinggiran desa, hanya keberanian saja yang yang menjadi andalan dalam memetik buah duwet.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)