CERITA KECIL: Mencari Sarang Burung (Bagian 31)
Bersama
teman-teman sebaya, kadang kami bersepakat mencari anakan burung di daerah
perbukitan di pinggiran desa. Di perbukitan itu ada beberapa jenis burung yang
bisa kami temukan, yaitu burung trucukan, kutilang, pentet, tekukur, kacer, dan burung
gagak. Jenis burung yang paling sering kami temukan sarangnya adalah jenis
trucukan. Kesepakatannya, siapa yang menemukan sarang burung pertama kali adalah yang
berhak mengaku sebagai pemilik anakan burung yang ada di dalam sarang. Walaupun sering sarang yang ditemukan adalah sarang kosong.
Dari
beberapa jenis burung tersebut, yang paling susah untuk ditemukan yaitu burung kacer
sebab jenis ini bersarang di lubang pohon. Untuk menemukan sarang kacer, harus
jeli memperhatikan induk burung yang sedang membawa pakan di paruhnya. Ke mana
arah terbang burung kacer itu diikuti dari kejauhan agar dapat mencari di mana
letak sarangnya. Burung kacer termasuk cerdik. Jika burung ini mengetahui ada
orang yang mengikutinya saat sedang membawa pakan lolohan, mereka terbang
menjauh dari letak sarang, sehingga kami mengalami sulit menemukan letak
sarangnya.
Selama
saya mencari sarang burung kacer, hanya sekali berhasil menemukannya, yaitu di
sebuah lubang pohon pepaya. Lubang itu merupakan lubang yang terjadi pada pohon
pepaya yang batangnya bekas di tebang. Di bagian kanan dan kiri batang pepaya kemudian
tumbuh cabang yang cukup besar. Yang mengejutkan, burung kacer yang saya lihat
sedang membawa pakan lolohan memasuki sebuah pekarangan penduduk, pada hal di
pekarangan tersebut tidak ada pohon besar, apa lagi yang memiliki lobang. Dari
pengamatan secara cermat, yang memiliki lubang di pekarangan itu hanya sebuah
pohon pepaya yang bercabang. Ternyata benar, ketika saya panjat saya temukan
sarang kacer dengan dua ekor anakan kacer yang masih berbulu jarum.
Saya
pernah memelihara anakan burung trucukan, anakan burung tekukur, dan anakan burung
kacer. Kejadian yang cukup menarik bagi saya yaitu di suatu petang saya
mengetahui adanya sepasang induk burung trucukan sedang hinggap di ranting
sebuah pohon di kebun dekat rumah. Kedua induk burung trucukan itu hinggap
mengapit seekor anak burung. Karena letaknya cukup rendah, maka saya tangkap
anakannya. Induknya terbang saat akan ditangkap. Anak burung trucukan tersebut
saya masukkan kedalam sangkar bersama dengan seekor anak burung trucukan yang saya
piara sejak diambil dari sarang. Sangkar burung itu saya gantungkan di teras
rumah.
Anak
burung trucukan yang saya tangkap pada malam itu ternyata mengalami stress dan
tidak menerima pakan yang saya lolohkan. Sehari berselang, induk burung
trucukan masih mencari anaknya. Mereka mendekati sangkar tempat anaknya saya
kurung. Kedua induk burung itu membawa lolohan, dan berusaha memberi pakan pada
anaknya. Yang menerima lolohan bukannya anaknya yang masih stress, melainkan
anak burung trucukan yang saya ambil dari sarang. Singkat cerita, anak burung
yang mengalami stress pada akhirnya mati. Tetapi setiap harinya kedua induk
burung itu tetap memberi pakan anak trucukan di dalam sangkar.
Sampai
suatu saat di siang hari, sepulang sekolah saya mendapati sangkar burung yang
saya gantung di teras rumah sudah kosong. Sedangkan di atas pepohonan di kebun
dekat rumah saya dengar suara anak burung trucukan. Ia terbang bebas bersama
induk burung trucukan yang memberinya pakan lolohan,- induk asuhnya.
Komentar
Posting Komentar