CERITA KECIL: Pernah Sedih dan Kecewa (Bagian 49)
Suatu hari ibu berbicara kepada saya, meminta ijin untuk menjual sebagian ayam piaraan saya ke pasar. Ibu meminta ijin menjual beberapa ekor ayam karena terdesak kebutuhan untuk melunasi biaya sekolah kakak perempuan saya. Dengan berat hati saya mengiyakan permintaan ibu. Kemudian, saya tentukan ayam mana saja yang boleh dijual. Sebenarnya hanya ada satu ayam yang tidak boleh dijual, yaitu si jago ayam kesayangan saya. Ayam jago itu sering saya bawa berkeliling untuk saya adu dengan ayam yang berkeliaran di pekarangan, termasuk di pekarangan milik tetangga.
Ayam jago termasuk hewan yang menjaga wilayahnya. Mereka menandai wilayah dengan cara berkokok. Ayam jago kesayangan saya, sering saya bawa ke sumber suara kokok ayam jago. Kadang ayam jago itu bertarung, kadang juga tidak bergantung dari mental si jago. Ayam yang kalah pamor akan menunjukkan sikap menyerah, tetapi jika merasa seimbang, kedua ayam jago akan saling mendekat dan melanjutkan pertarungan memperebutkan wilayahnya.
Keesokan
harinya, ibu membawa beberapa ayam yang sudah pantas dijual. Ibu membawanya ke
pasar pon, Pasar Pandanan. Namun, ketika saya bangun tidur, saya tidak
menemukan si jago kesayangan saya. Apakah si jago sudah pergi berkeliaran di
pekarangan sepagi ini? Saya cari ke sekeliling pekarangan rumah, tak juga
ditemukan. Sore harinya saya menanyakan hal tersebut kepada ibu. Jawaban ibu
sungguh membuat saya sedih, ternyata si jago dijual oleh ibu. Ibu memberi alasan bahwa salah ambil karena harus berangkat pagi-pagi benar pergi ke pasar. Sedih dan kecewa,
karena saya kehilangan ayam kesayangan.
Ya sudah, saya mencoba menghibur diri bahwa masih ada anak ayam yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi ayam jago, dan meminta ibu, ayam yang saya gadang-gadang ini jangan sampai dijual. Ibu menyanggupi, di lain hari tidak akan salah mengambil ayam yang boleh dijual lagi.
Komentar
Posting Komentar