CERITA KECIL: Membantu Ibu Jualan (Bagian 18)
Selain
bertani, sehari-harinya ibu menekuni pekerjaan sebagai seorang bakul kelontong
untuk membantu perekonomian keluarga. Ibu menyediakan beberapa barang kebutuhan
pokok, semisal gula, teh, minyak goreng, mi instan, dan lain-lain. Ayah
membuatkan sebuah warung kecil di pinggir jalan desa. Namun warung kecil ini
hanya dibuka saat hari pasaran Kliwon dan Pahing. Pada penanggalan Jawa terdapat
lima hari pasar, yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
Dalam
berjualan, ibu mengikuti hari pasaran. Pada hari Pon, ibu menggendong
barang-barang jualan ke sebuah pasar yang jaraknya sekitar 4 km ke arah selatan
dari dusun kami, tepatnya di pasar Pandanan di pertigaan jalan besar antara
Semin-Klaten-Sukoharjo. Pada hari Wage dan Legi, ibu berjualan di pinggir
jalan dusun Bendungan, yang jaraknya sekitar 3 kilo meter ke arah utara dari
dusun kami. Di tempat ini Ibu meminjam sebuah emperan rumah warga. Sedangkan
pada hari Kliwon dan Pahing, ibu membuka warung kecil yang telah dibangun oleh
ayah. Hari pasaran Kliwon dan Pahing adalah hari pasar di pasar desa Candirejo,
berjarak 1 kilo meter dari rumah kami. Ibu memutuskan tidak berjualan di pasar
resmi, dan mengharap pembeli datang ke warung saat berangkat dan pulang dari
pasar. Menurut ibu, rejeki sudah diatur oleh Tuhan.
Setiap
pasaran Wage dan Legi, saya sering diminta ibu untuk membantu membawa barang
dagangan ke tempat jualan. Dengan senang hati saya membantu ibu membawa barang
dagangan ke tempat di mana ibu biasa berjualan. Saya membawa barang dagangan
yang dimasukkan ke dalam sebuah besek besar dengan cara menyunggi (membawa
benda di atas kepala). Setelah saya mendapatkan beasiswa, dan dari beasiswa ini
dapat membeli sebuah sepeda, saya membantu ibu dengan menggunakan sepeda.
Komentar
Posting Komentar