CERITA KECIL: Bakat Seni Turun Tidak 100% (Bagian 15)

 


Pada masanya ayah adalah seorang penabuh gamelan yang handal. Gamelan yang menjadi pegangannya ada dua yaitu saron dan gender. Menurut cerita, pada masa mudanya ayah menjadi penabuh di kelompok pertunjukan wayang kulit atau wayang orang, dan sesekali menjadi penabuh pengiring penari ledek berkeliling untuk mbarang (ngamen) ke luar daerah.

Darah seni pada diri ayah hanya sedikit mengalir pada saya, dan anak-anak lainnya. Kami anak-anak beliau tidak ada yang pintar menabuh gamelan. Saya pernah mencoba berlatih menabuh gamelan bersama teman-teman sebaya. Namun, saya tidak dapat menghapal titi nada gamelan. Waktu itu, untuk menjadi seorang penabuh harus lihai menghapalkan nada. Tidak menggunakan kertas notasi sebagaimana cara belajar gamelan sekarang ini.

Walau tidak dapat memainkan gamelan, saya sangat suka mendengarkan alunan suara gamelan. Apa lagi, ayah membeli beberapa kaset karawitan yang bisa diputar kapan saja. Seringnya saat malam hari ketika keluarga berkumpul dan duduk-duduk santai bersama anggota keluarga. Ayah juga membeli kaset wayang yang dimainkan oleh seorang dalang terkenal di masa itu, Ki Anom Suroto.

Bakat seni ayah sedikit menurun pada saya, namun saya lebih suka berlatih lagu-lagu bernotasi angka pada lagu-lagu daerah nusantara: nyiur melambai, apuse, anging mamiri, dan lain-lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)