CERITA KECIL: Masak Nasi dan Goreng Telur (Bagian 20)

 


Ibu sudah harus meninggalkan rumah pada pagi-pagi benar sebelum matahari terbit untuk menuju ke tempat berjualan. Terutama pada pasaran pon, wage, dan legi. Pada hari pasaran ini ibu berjalan kaki menggendong barang-barang yang akan di jual menggunakan bakul, dan besek besar yang terbuat dari anyaman bambu. Jarak rumah ke tempat berjualan 3- 4 kilo meter. Sedangkan aktivitas di pasar bisa sampai pukul 10 atau 11 siang. Hal itu menyebabkan kadang ibu terburu-buru tidak dapat menyiapkan makanan bagi anak-anaknya. Maka, ibu mengajari kami memasak masakan sederhana,- menanak nasi, memasak sayur bayam, oseng-oseng buncis, menggoreng telur, dan membuat sambal.

Tak terkecuali anak lanang yaitu saya. Sedari kecil saya sudah diajari memasak paling tidak agar tidak kelaparan, sementara ibu masih di pasar untuk berjualan kelontong. Pengalaman saya masak adalah membuat nasi liwet, membuat sambel bawang, merebus daun bayam, dan menggoreng telur. Sambal, dan rebusan daun bayam tidak masalah. Namun nasi liwet tidak begitu berhasil karena terlalu banyak air sehingga nasi menjadi semacam bubur, dan banyak intipnya. Sedangkan saat menggoreng telur hasilnya adalah telur gosong.

Setelah munculnya mi instan merek supermie, saya lebih sering merebus mie instan. Agar lebih bergizi sering saya tambahkan daun bayam, kubis, irisan tempe, dan sebutir telur ayam kampung. Jika di petarangan ayam sedang tidak ada telur, cukup dengan irisan tempe dan tomat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)