CERITA KECIL: Sega Pletik (Bagian 13)
Sega pletik. Ini adalah sebutan
untuk nasi tiwul dari gaplek yang dicampur dengan nasi putih dari beras. Sewaktu saya masih usia anak-anak, ibu saya
sering menyajikan sega pletik untuk keluarga. Biasanya disajikan dengan sayur
bobor atau sayur lombok, dengan lauk tempe goreng atau ikan asin. Sungguh
nikmat rasanya!
Bagi masyarakat desa, termasuk
di dusun kami, makanan sehari-hari berupa nasi tiwul tanpa pletik. Jadi, sega pletik sudah menjadi sajian lumayan wah untuk ukuran orang dusun di masa itu.
Keluarga kami mampu menyediakan sega pletik karena ayah sering membantu salah
seorang guru di desa kami untuk mengambilkan jatah
beras dari negara di kantor yang jaraknya sekitar 5 kilo meter. Atas jasanya
itu, pak guru memberikan beberapa liter beras kepada keluarga kami sebagai
tanda terima kasih.
Jika musim panen padi tiba, sega pletik menjadi sajian sehari-hari di keluarga kami. Namun, sebagai anak bungsu,
saya sering diistimewakan dengan tidak diberi sega pletik, tetapi diberi nasi putih secara utuh. Biasanya, ibu menanak nasi menggunakan sebuah kukusan bambu. Nah,
di bagian ujung kukusan itulah nasi putih dikukus bersama dengan nasi tiwul.
Menurut ibu, nasi putih lebih sehat dari nasi tiwul. Sebuah pandangan yang
ternyata keliru di kemudian hari. Nasi putih dan nasi tiwul memiliki fungsi
yang sama sebagai sumber karbohidrat. Yang membedakan sebenarnya adalah sajian
lauk pelengkapnya. Makanan harus seimbang sebagai sumber karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral.
Komentar
Posting Komentar