CERITA KECIL: Terapi Urine (Bagian 4)
Menurut penuturan ibu dan ayah, saya sebenarnya
memiliki dua kakak laki-laki. Namun kedua kakak laki-laki itu meninggal sewaktu
masih bayi. Meninggal karena sakit. Kedua kakak laki-laki saya itu diberi nama
Tantono dan Sukadi. Maka, saya sebagai anak lelaki satu-satunya dalam keluarga
sangat disayangi oleh kedua orang tua dan kakak-kakak perempuan saya. Menurut
kepercayaan orang desa, agar saya dapat hidup sampai dewasa, saya diserahkan
menjadi anaknya mbah dukun yang membantu kelahiran saya. Jadi, status sosialnya
saya adalah anak mbah dukun. Sampai suatu waktu, ketika saya sudah usia 17
tahun kedua orang tua saya menebusnya ke
mbah dukun. Sebagai rasa terima kasih bahwa saya telah diakui sebagai anak. Dan
saat inilah saya diambil kembali oleh ayah dan ibu menjadi anak sosial.
Sejak saya kecil sudah terbiasa
mengalami sakit. Yang saya rasakan adalah kepala pusing, dan mulut terasa
pahit. Berbagai upaya dilakukan oleh ayah dan ibu untuk membuat saya sehat. Salah
satunya adalah memberikan saya asupan gizi yang baik, dan tidak diijinkan
mengerjakan pekerjaan berat sebagai layaknya anak seorang petani. Saya tidak diajari
mencangkul, atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik besar. Yang diajarkan
kepada saya adalah mencari rumput pakan kambing, menggembala kambing, menjaga
sawah dari serang burung emprit, dan memberi pakan ayam.
Saat masih kelas 2 sekolah dasar,
saya mengalami sakit cukup lama. Saya tidak masuk sekolah selama hampir 3 bulan
karena kondisi saya yang tidak memungkinkan ke sekolah. Tubuh rasanya sangat
mudah lelah. Segala macam obat mungkin sudah diberikan. Kata dokter, saya
mengalami kondisi jantung yang lemah, detak jantungnya terlalu pelan. Selama
tiga bulan sakit tersebut, tiap hari disuntik oleh pak mantri kesehatan. Selain
upaya medis, kedua orang tua saya juga mencari kesembuhan ke orang pintar,-
pengobatan alternatif. Saran dari bah pintar ini, saya terkena sawab. Kira-kira
mendapat penyakit karena udara yang tidak sehat. Kata mbah pintar, cara
menghilangkan sawab adalah dengan cara dikencingi oleh ayah dan ibu. Nah,
inilah yang dilakukan oleh ayah dan ibu pada suatu pagi. pagi-Di suatu pag-pagii benar, ketika saya masih
belum bangun, saya dibangunkan oleh ayah kemudian. saya digendong oleh ayah lalu dibawa ke halaman rumah. Dengan mengharap
kesembuhan, saya disiram dengan air kencing ayah dan ibu langsung dari
tubuhnya. Dikencingi!
Entah karena upaya medis, atau karena
dikencingi, atau karena faktor kombinasi medis dan air kencing, saya berangsur-angsur sembuh dari penyakit yang saya derita dan sehat kembali. Setelah merasa benar-benar sehat saya pun masuk sekolah kembali untuk bertemu dengan teman-teman sekolah. Sangat
senang rasanya.
Setelah saya dewasa, apa yang
dilakukan oleh ayah dan ibu saya mengencingi saya yang sakit ternyata dikenal
dengan istilah terapi urine! Bedanya, terapi urine dilakukan secara lebih manusiawi, cukup meminum urine setelah dicampur dengan air sehingga tidak terlihat lagi wujud air kencing.
Komentar
Posting Komentar