CERITA KECIL: Berburu Enthung (Bagian 14)
Ungkrung atau disebut juga enthung
merupakan kepompong dari ulat pohon jati. Bagi masyarakat yang bermukim di daerah pedesaan di wilayah
kabupaten Gunung Kidul, ungkrung merupakan sumber pangan yang cukup banyak
diminati.
Di setiap musim ungkrung, anak-anak dan orang dewasa biasanya pergi ke sekitar rumah yang banyak pohon jati untuk berburu ungkrung.
Demikian juga saya, sering mencari ungkrung untuk dikonsumsi setelah
ungkrung tadi digoreng. Rasanya sungguh nikmat!
Ungkrung dari ulat pohon jati
berada di lantai hutan jati atau di atas tanah yang banyak pohon jati. Ulat
pohon jati ketika sudah masanya menjadi kepompong akan turun ke bawah
menggunakan sulur dan membuat kokon kepompong di bawah dedaunan kering, atau di
bawah batu.
Ulat
jati bernama latin Hyblaea puera dengan habitat aslinya adalah perkebunan Jati.
Ulat ini berwarna hitam, dengan kebiasaan makan daun jati pada waktu malam. Saat
menjadi kepompong memiliki warna cokelat sampai cokelat tua kehitaman,
panjang rata-rata 1,4-1,9 cm, dan berat rata-rata 0,7-1,3 mg.
Ulat
jati merupakan hama pohon jati. Pada awal musim hujan, ulat jati menyerang
pohon-pohon jati yang baru saja bertunas daun-daun hijau setelah gugur daun
ketika musim kemarau. Ulat dan kupunya dapat dijumpai dalam jumlah sangat besar
pada 4-6 minggu pertama di musim hujan.
Setelah memasuki musim hujan, ulat akan berubah menjadi kepompong. Ulat yang siap berubah jadi kepompong akan berjatuhan dari daun-daun jati. Perkembangan ulat jati menjadi kepompong di kawasan hutan jati merupakan siklus tahunan saat musim hujan dalam jangka waktu maksimal selama tiga pekan. Kadang masyarakat tidak saja mengambil kepompong yang sudah jadi, tetapi juga mengambil ulat yang sudah membungkus diri dengan kokon. Ulat yang demikian ini disebut ungker. Jika memaksa mengambil ulat yang masih berada di pohon jati, ulat akan mengeluarkan air liur berwarna hitam
Komentar
Posting Komentar