CERITA KECIL: Lulus Sekolah Dasar (Bagian 36)
Di tahun ke 6 pendidikan sekolah dasar, pemerintah mengubah kebijakan masa pembelajaran dari bulan Januari- Desember menjadi bulan Juli-Juni. Akibatnya, kami yang sedang berada di kelas 6 harus ikhlas diri mengikuti perpanjangan masa sekolah menjadi 3 semester. Untuk mengisi pembelajaran waktu itu seingat saya para guru kelas 6 memberikan banyak latihan soal. Juga diselenggarakan tes untuk mengukur kesiapan kelas 6 mengikuti ujian sekolah. Jadi, alasan yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan melalui sekolah, pengunduran waktu ujian sekolah adalah untuk memantapkan pengetahuan murid kelas 6 agar lebih siap mengikuti pendidikan tingkat lanjutan.
Waktu ujian pun tiba. Kami
murid-murid kelas 6 mengikuti ujian sekolah dengan semangat, sekaligus was-was
bisakah mengerjakan soal-soal ujian dari pemerintah. Ketika pengumuman
kelulusan disampaikan, kami semua dinyatakan lulus. Semua murid menyambut
kelulusan dengan riang- gembira, berpelukan, dan ada yang bertangis-tangisan.
Setelah kelulusan ini, kami semua
akan meninggalkan sekolah dasar dan melanjutkan rencana masing-masing sesuai
dengan keputusan orang tua. Ada yang langsung ikut orang tua kerja di kota, ada
yang mengikuti jejak orang tua sebagai petani. Saya dan beberapa teman
melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan pertama di kota kecamatan.
Di wilayah kecamatan terdapat 3
sekolah lanjutan pertama, yaitu SMP Negeri, SMP Muhammadiyah, dan SMP Bopkri.
Saya dan beberapa teman mendaftar ke SMP Negeri. Dengan no. 065 saya tercatat
sebagai peserta tes masuk. Dari SDN Candirejo I hanya 3 orang yang diterima, termasuk
di antaranya saya. Pada hari pengumuman penerimaan tes, saya diantar oleh saya
mengendarai sepeda. Saat ayah menanyakan hasilnya, saya pura-pura sedih tanpa
menjawab. Ayah pun mengajak saya untuk langsung mendaftar ke SMP Bopkri yang
letaknya tidak begitu jauh dari SMP Negeri. Ayah sepertinya kecewa dan mengira saya tidak
diterima.
Ayah memboncengkan saya menuju ke
lokasi SMP Bopkri, kami sudah berada di jalan depan sekolah, saya mengatakan
tidak mau sekolah di sini. Lantas ayah berkata,” La kowe arep sekolah neng ndi?
Iki sekolah nggone mbakyumu biyen” (Lha kamu mau sekolah di mana, Ini sekolah
tempat kakakmu dulu bersekolah). Saya menjawab.” Yo neng SMP Negeri to, Pak”.
(Ya di SMP Negeri, Pak). “Lo kowe rak ora ketompo to?” Tukas ayah. Jawab saya,”
sing omong sopo? Saya langsung ketawa.
“Bocah gendeng….! Ya sudah mari
pulang!”. Pulangnya kami makan di warung mbok Cimblek di dekat pasar Pandanan.
Komentar
Posting Komentar