CERITA KECIL: Kapok Adu Ayam (Bagian 17)

 


Ada satu kebiasaan saya yang tidak boleh ditiru. Apakah itu? Saya suka memelihara ayam. Tiap pagi saya diberi tugas untuk memberi makan ayam piaraan ayah dan ibu. Memang tidak banyak ayam-ayam miliki orang tua saya. Kalau dihitung mungkin sekitar 50 ekor ayam besar dan kecil, jantan dan betina.  Jenis ayam yang dipiara adalah ayam kampung, yang dikandangkan hanya ketika malam hari. Setiap sore, ayam-ayam itu kembali ke kandang. Nah, tugas saya adalah memastikan apakah semua ayam sudah kembali?

Lalu mana kebiasaan yang tidak boleh ditiru? Dari sekian ayam jantan milik ayah dan ibu, ada seekor pejantan yang menurut saya ayam bagus, berperawakan besar, dan memiliki tubuh yang tegap. Suara kokoknya keras dan panjang. Ayam jantan ini sering diam-diam saya tangkap, kemudian saya bawa ke pekarangan tetangga yang sedang ada ayam jantan mencari makan bersama betinanya. Ayam jantan saya lepaskan  ke arah ayam jantan yang ada di pekarangan tetangga tersebut. Jika beruntung, saya akan menyaksikan pertarungan seru ayam jantan. Kadang ayam saya menang, kadang pula ayam saya mengalami kekalahan. Keok!

Suatu siang, saya membawa ayam jago untuk saya adu ke dusun sebelah. Dan ayam jantan saya dengan gagah membuat ayam dusun sebelah itu menyatakan kekalahannya: Keok!

Malam harinya, saya dicari pemilik ayam yang keok tersebut sebab ayamnya tidak pulang. Saya diminta pertanggungjawaban, harus ikut mencari ayamnya yang hilang. Besok paginya, pagi-pagi benar sebelum matahari terbit saya bergegas berjalan ke arah bukit yang terdengar ada suara kokok ayam. Rupanya, pemilik ayam juga sudah mencari suara kokok ayam jago miliknya. Ia juga berhasil menangkap ayam tersebut. Masalah ayam beres. Namun, kejadian itu membuat saya berhenti mengadu ayam. Sebagus apa pun ayam jantan yang ada di kandang yang kami miliki.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)