CERITA KECIL: Suka Membaca dan Juara Kelas (Bagian 5)

 



Semenjak saya dinyatakan sembuh, dan saya merasa tubuh sudah tidak pusing dan tidak begitu mudah lelah, saya kembali ke sekolah. Pada awalnya, teman-teman saya tidak berani mengajak saya bermain karena taku tmenyakiti saya, namun saya memberanikan diri ikut segala bentuk permainan anak-anak yang sedang dilakukan. Secara perlahan, kehidupan saya kembali ceria sejalan dengan kesibukan bersekolah. Pada akhir tahun pelajaran setelah saya sakit dan dinyatakan sembuh, saya ternyata diputuskan naik kelas walau dengan nilai yang pas-pasan karena kehilangan waktu belajar selama sakit cukup lama.

Syukur kepada Tuhan, semenjak saya sembuh dari sakit itu, saya tidak pernah lagi mengalami sakit yang demikian. Paling-paling sakit flu dan batuk biasa. Tubuh saya bertumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak sebaya. Bahkan bisa dikatakan menjadi paling sehat, dan segar. Mungkin disebabkan karena ibu saya sangat memperhatikan kebutuhan nutrisi sehat. Saya diberi makan nasi putih, dengan lauk telur ayam, sayur bayam yang segar, dan buah-buahan hasil kebun sendiri: Mangga, jambu, pisang, dan nanas. Sekali waktu diberi minuman segar air kelapa muda. Kadang mendapat kiriman susu bubuk dari kakak perempuan sulung saya yang bekerja di kota Salatiga sebagai seorang perawat di rumah sakit.

Saya sangat bersyukur bahwa saya sehat. Saya juga bersyukur sebab saya dikaruniai sifat suka membaca. Apa saja. Kadang saya meminjam buku bacaan dari sekolah, biasanya buku-buku yang berkisah tentang perjuangan para pahlawan, kadang buku cerita fabel yang berisi tentang kebijaksanaan, dan kecerdikan. Atau membaca koran milik kakak sepupu saya yang jadi guru. Ayah dan ibu juga membelikan saya buku cerita berdasar isi kitab suci. Kebiasaan saya membaca buku tersebut membantu saya memahami isi buku pelajaran, dan menjadikan saya suka belajar. Ini menjadi berkah, karena saya menjadi murid yang memiliki prestasi naik, menjadi juara kelas dan menjadi juara umum ketika lulus dari sekolah dasar.

Prestasi saya itu, kemudian diapresisi oleh pemerintah melalui pemberian beasiswa. Uang beasiswa tersebut saya belikan sebuah sepeda yang akan menjadi penolong saya saat bersekolah di sekolah lanjutan pertama yang berjarak 5 kilo meter dari rumah. Sebagian lainnya dibelikan sepasang kambing yang kemudian hari dapat menjadi sumber biaya sekolah sampai perguruan tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)