CERITA KECIL: Bangga Sekaligus Beban (Bagian 28)

 



Sejak kabar bahwa saya memperoleh beasiswa, maka di mana-mana saya selalu dianggap anak yang pintar. Sering dijadikan contoh bagi anak-anak lain oleh orang tua mereka. Banyak orang tua yang menasihati anak-anaknya agar rajin seperti saya. Orang tua saya pun sangat bangga. Namun bagi saya, status menyandang beasiswa sungguh sangat membebani, karena apapun yang saya lakukan selalu dikaitkan bahwa saya harus menjadi contoh yang baik.

Namun, saya selalu berusaha menjadi anak yang wajar. Saya tetap bermain, tetap rajin belajar dalam, dan tetap membantu orang tua dalam mengerjakan beberapa pekerjaan yang sebenarnya kurang bagus untuk perkembangan dan pertumbuhan fisik seorang anak, yaitu membawa beban barang jualan ke pasar. Beruntungnya, sepeda hasil beasiswa sangat membantu saya mengangkut barang dagangan tersebut. Yang sebelumnya dengan cara menyunggi (membawa beban di atas kepala), sekarang dengan menggunakan sepeda.

Saya bersyukur, dengan bersikap apa adanya selayaknya anak-anak sebaya, saya berhasil meniadakan beban yang saya sandang sebagai seorang penerima beasiswa. Tetap ceria, dan semangat dalam belajar. Saya berniat menjadi seorang yang berhasil dalam pendidikan. Saya terngiang oleh kata-kata nasihat salah seorang guru saya:”Sugiyanto, kalau kamu tetap rajin belajar, Bapak yakin kamu akan menjadi seorang sarjana, seorang doktorandus. Kamu harus membuat kami para guru menjadi bangga”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

KISAH NYATA: Siap Sedia atas Talenta (Bagian 10)

KISAH NYATA: Harmonisasi dalam Keluarga (bagian 08)