CERITA KECIL: Menjadi Juru Damai (Bagian 19)
Dalam sebuah permainan bersama, apa lagi permainan
dengan aktivitas fisik, misalnya bermain sepak bola sering menyebabkan
perselisihan yang mengarah pada perkelahian, apa lagi yang bermain anak-anak
tanggung. Mereka bermain dengan semangat dan sikap ngotot, tidak mau kalah.
Perselisihan yang terjadi dapat terbawa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ada
yang sampai” jothakan” (tidak bertegur sapa) untuk beberapa waktu lamanya.
Namun kehidupan keseharian bagi anak-anak menuntut
pertemuan dengan teman-teman sebaya. Kondisi tidak bertegur sapa tentu membuat
keadaan tidak nyaman dalam kelompok. Ketika dalam kondisi demikian ini biasanya
saya diminta oleh pihak-pihak yang berseberangan untuk menjadi juru damai. Hal
itu terjadi karena saya dipandang sebagai seorang anak yang cukup
sabar dan dapat diterima oleh semua pihak.
Cara yang saya lakukan biasanya ngobrol dengan anak
yang saling tidak bertegur sapa secara terpisah. Saya ingin tahu sebenarnya apa
penyebab terjadinya perselisihan. Setelahnya, saya bertanya bagaimana kalau
wawuh saja (kembali membangun komunikasi) sehingga bisa bermain bersama
kembali. Saat mengetahui pihak-pihak yang berselisih sudah kembali bertegur
sapa, dan mereka sudah bergabung dalam satu kegiatan permainan, perasaan saya
menjadi lega dan senang.
Hal yang sering menjadi penyebab tidak bertegur sapa
di antara anak-anak yaitu perasaan direndahkan atau merasa ditantang dengan
sikap temannya. Benar pepatah yang mengatakan:”Bersatu kita teguh, bercerai kita
runtuh”.
Komentar
Posting Komentar