Cerita-6 Bunga

BUNGA


    Siang hari terasa panas dan lembab. Hari itu pelajaran di sekolah baru saja selesai. Bel sekolah berdering panjang. Setelah doa penutup di kelas, dan para siswa sudah keluar semua, aku bergegas kembali ke ruang istrirahat di kantor. Setelah berbenah dan merapikan meja kerjaku, aku bersiap-siap untuk keluar sekolah dan pulang ke rumah.

    Namun, belum sempat aku keluar ruangan, terdengar suara orang berlarian dan terdengar suara memanggil namaku. Aku bergegas keluar ruang untuk melihat apa yang terjadi. Di lorong menuju ruangku, aku melihat dua orang murid berlari menuju ke arahku.
"Pak, Bunga Pak!"
"Ada apa dengan Bunga?Sahutku. Bryan, ketua kelas 12 IPA  mengatakan keadaan Bunga dengan sedikit gugup.
"Bunga ngambek, Pak. Ia mengancam mau bunuh diri"
"Masak sih, memang ada masalah apa?" tanyaku.
"Tidak tahu persis, Pak. Tapi Bunga berteriak-teriak. Pengin mati saja katanya"
Aku bertanya kepada Bryan. "Lalu, Bunga di mana sekarang?"
"Di Lantai 3, Pak. Di dekat ruang 18". " Sekarang ia sedang dihibur oleh cowoknya".

    Selanjutnya aku bergegas naik ke lantai . Sesampai di lantai 3 dekat ruang 18, benar saja aku lihat sesosok perempuan sedang duduk memeluk lututnya dengan muka bersembunyi di atas lututnya. Terlihat pundaknya naik-turun tanda ia sedang menagis, walau tidak terdengar suara sesenggukan. Sementara seorang cowok sedang mencoba bicara pada Bunga. Tetapi Bunga tidak menanggapi ucapan si cowok. Si cowok itu dikenal sebagai pacarnya Bunga.

    Aku bertanya pada Niki, nama cowok itu. Ia adalah murid dari kelas berbeda dari Bunga. Setingkat tetapi berbeda jurusan. Bunga di kelas IPA, sedangkan Niki di kelas IPS. Menurut teman-temannya, Bunga sangat pencemburu terhadap Niki. Dalam benakku, apakah perilaku Bunga yang histeris dan sekarang sedang duduk di pojok ruang 18 itu karena sedang cemburu? Maka akau bertanya pada Niki. "Ada apa?". "Mengapa Bunga demikian".

    Niki berbicara kepadaku. "Jadi gini, Pak.Tadi pagi kami janjian berangkat bareng ke sekolah. dan Bunga meminta saya untuk menunggu di pintu gerbang sekolah".
"Lantas kenapa kok Bunga jadi histeris?"
Niki menjawab bahwa ia juga bingung kenapa Bunga jadi begitu. Niki aku minta pergi karena toh ia tidak dapat menenangkan Bunga.

    Setelah Niki pergi, saya dekati Bunga. Aku tanya kepadanya. " Bunga, mengapa kamu di sini?". "Apa kamu tidak malu dilihat oleh orang-orang?" Ia tidak menyahut sepatah katapun. Segala bujuk rayu dan nasihat aku berikan agar Bunga menyadari kondisinya. Tetapi hasilnya tetap nihil. Sebagai jalan satu-satunya aku menelepon orang tuanya untuk mengajak Bunga pulang.

    Tiga puluh menit kemudian, ayah Bunga tiba di sekolah untuk menjemput Bunga.Tetapi rupanya Bunga ingin pulang sendiri. Hari itu berlalu dengan Bunga pulang ke rumah sendiri di temani sang Pacar, Niki.

    Keesokan harinya, kejadian Bunga histeris berulang. Sekarang bahkan ia bersembunyi di kamar mandi di lantai 2. Ia menangis di kamar mandi yang ia kunci dari dalam. Takut terjadi apa-apa dengan Bunga, terpaksa pintu kamar mandi itu didobrak. Namun, Bunga tidak mau keluar dari dalam kamar mandi. Ia minta syarat agar dijemput oleh Niki.

    Masalah Bunga sementara dapat teratasi ketika Niki dihadirkan ke kamar mandi. Bunga diajak ke ruang UKS untuk diberi perawatan sederhana, istirahat. Orangtua Bunga di hadirkan kembali di sekolah. Kali ini diharuskan untuk mengajak Bunga pulang. Dan disarankan agar membawa Bunga menemui seorang psikolog untuk mencari solusi terbaik menolong Bunga.

   Semoga keadaan Bunga semakin baik.(vic)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL