Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

SAMPAI UJUNG

SAMPAI DI UJUNG JALAN Kawan, tak terasa sudah sampailah perjalananmu. Ada banyak cerita yang kita alami bersama. Ada cerita gundah, ada cerita susah, ada cerita canda, ada cerita gelisah, dan ada cerita akan sebuah harapan. Ada kalanya kita berbagi cerita tentang bagaimana sikap kita sebagai teman, tentang sikap kita sebagai kepala keluarga, dan cerita-cerita lain yang kadang kala hanyalah sebuah intermezo. Dan akhirnya, di sebuah siang dirimu menemuiku hanya untuk bercerita denganku. ( Mohon ijin aku menuliskan sepenggal kata-katamu saat itu ). Dengan langkah terseret dirimu masuk ke ruangan di mana aku sehari-hari duduk dan bekerja. Seperti biasa aku sapa dirimu,"Apa kabar, Pak De.....Sehat?". Namun jawabmu agaknya kurang nyambung dengan pertanyaaanku,"Ya diakui saja, itu adalah salahku, aku memang tidak dapat bekerja secara maksimum karena kondisiku". Tanpa aku bertanya, aku sudah tahu apa yang dirimu maksudkan dengan ucapanmu itu. Ya sudahlah , Pak De.

IBU, HARI INI....

IBU, HARI INI MILIKMU Sebentar lagi  tanggal 22 Desember. Sebuah tanggal yang sangat istimewa bagi kaum ibu. Hari Ibu! Tanggal 22 Desember, menjadi moment penghormatan bagi kaum ibu. Kaum yang perlu dihormati dan diberi penghargaan setinggi-tingginya, karena kaum ibulah sang ibu bangsa. Tak ada sebuah bangsapun yang terbentuk dan akan tetap lestari tanpa peran ibu yang melahirkan generasi baru, sekaligus sebagai guru bagi anak-anak negeri, bahkan sejak dalam kandungan. Namun, ironis sekali, di banyak kesempatan kaum ibu justru terpinggirkan. terbersit adanya diskriminasi terhadapnya. Kaum ibu dijadikan kaum yang lemah tak berdaya. Kadang kaum ibu hanya bisa menangis ketika para lelaki yang perkasa itu dengan pongah berkata: "Kamu harus tunduk padaku!" Tanggal 22 Desember, perlu permenungan agar kaum ibu dipulihkan derajat hidupnya pada level seharusnya! Menjadi kaum penentu nasib bangsa! Jangan lagi ada upaya menyudutkan kaum ibu hanya karena terlihat fisiknya yang

DRAMA SATU BABAK : DIAM

DIAM ADALAH MAU Ada pepatah yang sangat termashyur di seantero pelosok negeri ini. Diam adalah emas! Yang artinya kira-kira adalah tidak usah terlalu banyak bicara, karena kalau banyak bicara justru akan menyebabkan terjadinya huru-hara, atau bencana. Maka, agar tidak terjadi huru-hara atau bencana, ya diam sajalah. Rupanya pepatah termashyur itu, kini menjadi senjata andalan untuk berkelit dari bencana diri. Jurus diam, tak ubahnya sosok tiang listrik di pinggir jalanan. Terpaku diam sepanjang waktu, tanpa peduli pada hiruk-pikuk dan lalu-lalang di depan, belakang, dan kakan-kirinya. Yak, diam adalah emas, menurutnya! Tanya   : Siapa nama saudara? Yang ditanya : (diam saja, sembari memasang muka lesu, letih, dan lunglai) Tanya : Apakah saudara dalam keadaan sehat? Yang ditanya : diam saja, seakan tak mendengar suara apapun Tanya : Saudara bisa tidur  semalam? Yang ditanya : dengan suara lemah, "saya diare lebih dari dua puluh kali , yang Mulia" Tanya : Sudah min

TIANG

TIANG LAMPU Entah apa yang terjadi di pagi-pagi buta saat itu. Yang jelas, sebuah tiang lampu berdiri tegak dan terpaku di pinggir jalan yang pagi itu masih sangat sepi. Lalu, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah berpenumpang "mewah" menabraknya dengan tanpa basa basi. Saking suksesnya tabrakan itu, ada yang mengalami luka memar sebesar bakso yang sangat mirip bakpao. Menurut kabar berita, sang korban sampai berdarah-darah dan hampir game over. Menurut sang pembela, sang korban harus segera  dirawat sedemikian rupa agar tidak terlanjur game over. Tetapi tak lama kemudian, dari berbagi kabar, sang korban yang katanya hampir game over itu nyatanya sudah diberi "pernghargaan" rompi kuning, rompi anti rasuah. Apa sebenarnya yang terjadi? Cobalah kita tanya ke tiang lampu itu. Yang sejenak menjadi selebritis. Para selebritis, entah kenapa sangat menyukai sosok tiang lampu. Ajak foto dan lempar senyum dengan dua jari melambangkan perdamaian, Peace! Atau angkat dua jemp