Cerita-1 Gabriel

CERITA GABRIEL

    Sebut saja namanya Gabriel. Dia seorang anak laki-laki yang memiliki  talenta yang perlu dikembangkan. Namun talenta yang dimiliki belum dapat dioptimalkan dalam pembelajaran di sekolahnya. Di sekolah ia dikenal sebagai anak yang tidak bisa diam, kurang perhatian, dan hasilnya bisa ditebak, nilai rapornya kurang memuaskan, bahkan cenderung mengkhawatirkan, terutama bagi orang tuanya.


    Sudah beberapa guru privat yang diundang oleh ibunya untuk membimbing Gabriel. Dari guru les yang sangat keibuan, kebapakan, sampai guru yang memasang muka galak sudah pernah didatangkan. Hasilnya, masih belum mampu mendongkrak prestasi Gabriel di sekolah. Nilai-nilainya tetap berkisar not-not lagu mi-fa-sol.

    Entah alasan apa yang membuat sang ibu Gabriel menemuiku. Ya, selama ini aku memanfaatkan waktu di luar jam kerjaku dengan menjadi guru les privat. Bu Wida, demikian nama ibu dari Gabriel memintaku untuk membimbing Gabriel belajar di rumah nya. Aku pun mengiyakan permintaan Bu Wida karena aku masih punya waktu untuk mencoba memberi bimbingan belajar. Maka, singkat cerita aku telah resmi menjadi guru les Gabriel. Bu Wida juga berharap semoga bimbingan belajar ini menjadi guru les terakhir, agar anaknya dapat memperoleh nilai yang cukup di sekolah, serta memperoleh hasil baik untuk bisa naik kelas.

    Pada awal pertemuan denganku dengan Gabriel, sepintas kuperhatikan ia sebenarnya seorang anak yang memiliki potensi yang baik, kritis, dan suka bertanya. Hanya saja memang ia tidak bisa belajar dengan duduk diam tenang. Aku pun mencoba memahami perilaku unik Gabriel dalam belajar. Aku jawab semua pertanyaan yang dia lontarkan, sambil aku coba membuat Gabriel lebih fokus dalam mempelajari bahan pelajaran sekolah. Aku mencoba mengimbangi gaya belajar Gabriel, bahkan kalau perlu aku ikut berbaring untuk menjelaskan tema atau soal yang sedang dipelajari. Oh ya, Gabriel suka belajar sambil berbaring, menelungkup di lantai. Saat aku tanya mengapa belajar sambil berbaring? Ia mengatakan "Lebih enak begini, Pak". " Kalau duduk, aku cape". Lalu aku coba menjelaskan, kalau berbaring telungkup menyebabkan perut menjadi sesak, dan sulit bernapas. Pada mulanya ia tetap lebih suka berbaring, namun lama-lama ia mulai bisa belajar sambil duduk, kadang-kadang berdiri, atau berjalan ke sana kemari.

    Dengan pendekatan demikian itu, Gabriel ternyata menjadi akrab dengan aku. Iapun penuh semangat untuk belajar, mengerjakan pr, dan menyiapkan ulangan. Nilai-nilai Gabriel di sekolah mengalami kemajuan walau tidak serta merta memperoleh nilai sempurna.  Kalau semula ia mendapat nilai kisaran 4, sekarang ia mampu mendapat nilai di kisaran 6. Cukuplah untuk mengatakan bahwa Gabriel sebenarnya memiliki kemampuan yang baik, talenta yang baik.

    Waktu demi waktu, kelas 4 terlampui, kelas 5 juga dapat dilalui dengan perjuangan tiada lelah. Melalui proses belajar bersama dengan pendekatan khusus itu, Gabriel pada akhir mampu lolos, naik kelas 6. Kelas terakhir yang menuntut setiap anak harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian sekolah pada akhir tahun pelajarannya.

    Tibalah waktunya untuk menjalani ujian sekolah, dan ujian berstandar nasional. Pada proses persiapan belajar sebelum hari ujian, aku mengatakan kepadanya, "ayo kamu bisa, berilah kejutan pada mamamu dengan nilai yang bagus, jika bisa dapatkan nilai sempurna!. Dan jawaban dia adalah apa aku bisa, Pak? Namun, ia juga berkata'aku akan coba, biar mamaku bisa menangis karena nilaiku bagus, karena selama ini mamaku menangis karena nilaiku membuatnya khawatir...jelek".

    Perjuangan memang tidak meninggalkan hasil. Gabriel mendapat nilai sempurna pada mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar murid,- MATEMATIKA. Hasil ujian bahasa Indonesia dan IPA juga tergolong sangat bagus.

    Hasil yang diperoleh Gabriel di ujian sekolah dan ujian berstandar nasional sungguh membuat teman-temannya dan  juga guru-gurunya kaget luar biasan. Ia yang selama ini tidak masuk hitungan, ternyata mampu menuntaskan soal ujian dengan sangat lancar. Hasil yang tertera di lembaijazahnya menjadi saksi fakta bahwa Gabriel memiliki talenta.

    Ibunyapun menitikkan air mata bahagia mendapati anaknya ternyata telah menunjukkan siapa dia adanya.Bukan lagi anak yang mengkhawatirkan, tetapi anak yang membanggakan. Sekaligus memberi harapan padanya, bahwa anak kandungnya akan menjadi orang berguna di masa depan. (vic)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL