Tiga Dua

 

Tak terasa sudah 32 tahun lamanya saya menghabiskan waktu untuk tumbuh dan berkembang dalam karya bersama Yayasan Karya Sang Timur,-khususnya dengan SMA Katolik Sang Timur Jakarta. Kedatangan saya di sekolah ini di tahun 1992 sebenarnya adalah melaksanakan plan B saya di kota Jakarta. Dalam Plan A saya bermaksud mengadu nasib untuk menjadi bagian dari jajaran pegawai negeri di Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Saat itu saya termasuk  salah satu yang diundang untuk mengikuti seleksi. Namun nasib menentukan bahwa saya tidak  menjadi pegawai negeri. Dan oleh sebab itu, plan B saya jalankan.

Akhirnya, saya menjadi bagian dari kekaryaan Yayasan Karya Sang Timur. Terus terang, nama Sang Timur ini menjadi alasan saya betah bergabung di dalamnya. Sang Timur bagi saya sungguh menyentuh jiwa. Nama Sang Timur sering terdengar saat saya mengikuti pawulangan katolik di kegiatan rohani setiap malam minggu di kring Candirejo wilayah di mana saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya. Lagu “Wus miyos Gusti Sang Timur, ayo ta prakaca sowan samya. Wus miyos Sang Maha luhur, kang tuhu asih tresnanya…” merupakan lagu yang wajib dinyanyikan di setiap perayaan Natal.

Rupanya, arti Sang Timur di sekolah ini benar adanya sebagai sosok Yesus masa kanak-kanak. Hal itu saya peroleh dari penjelasan Sr. Alfonsa PIJ ketika  saya menanyakannya untuk konfirmasi apakah dugaan saya benar. Nyambung juga dengan  PIJ di nama biarawati para suster Sang Timur. PIJ singkatan dari Pauperis Infantis Jesu, artinya kanak-kanak Yesus yang miskin, sang sumber hikmah yang menjadi kekuatan spirit ibu Clara Fey dalam pelayanan dan memberi perhatian kepada anak-anak miskin dan terlantar.

Walau tidak dari awal bergabung dengan SMA Katolik Sang Timur dari berdirinya di tahun 1986, namun saya menjadi bagian yang berjuang membesarkan sekolah ini untuk dapat bersanding sejajar dengan sekolah-sekolah yang lebih dahulu berkibar menjadi tempat pendidikan yang diminati oleh masyarakat: SMA Regina Pacis, SMA Bunda Hati Kudus, SMA Negeri 78, dan sekolah-sekolah lainnya. Para guru, karyawan, dan kepala sekolah bahu-membahu memberikan gagasan untuk memajukan sekolah. Puji Tuhan, apa yang kita perjuangkan perlahan-lahan dapat tercapai menjadi sekolah yang dipandang oleh masyarakat dan tetap eksis sampai sekarang.

Pada awalnya, saya menjadi sosok guru muda, bahkan menjadi yang termuda di SMA Katolik Sang Timur. Setelah 32 tahun di sekolah ini, saya kini menjadi guru terlama berdasarkan tanggal SK dari Yayasan. Bisa dikatakan menjadi guru yang paling senior. Sebentar lagi, saya akan memasuki masa purna bakti. Batasan waktu yang tidak bisa ditahan, walau dalam hati saya merasa sedih untuk meningggalkan tempat di mana saya menghabiskan separuh usia saya. Banyak kenangan yang tidak akan dapat saya lupakan. Namun, inilah batas "tugas dan perutusan" yang diberikan Tuhan untuk saya. Semoga jejak saya dan peran saya di SMA Katolik Sang Timur ini dapat menjadi salah satu tonggak yang memperkokoh karya sekolah menuju masa depan.

Hanya pesan yang dapat ditinggalkan untuk adik-adik saya,-para rekan guru, staf tata usaha, dan karyawan, silakan berjuang dan memantapkan hati untuk terus meningkatkan kompetensi menghadapi tantangan pendidikan di masa mendatang. Zaman terus berubah secara cepat, zaman mengalami disrupsi. Anak-anak negeri sudah tidak seperti zaman kita. Mereka memiliki dunianya sendiri. Hendaknya kita tidak menjadi batu sandungan, melainkan batu loncatan bagi generasi muda bangsa. Masa depan adalah milik orang muda. Yang bisa dilakukan oleh orang yang lebih dewasa adalah memberi bimbingan bagi mereka.

Selamat berjuang SMA Katolik Sang Timur. Sampai ketemu di lain kesempatan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL