PUISI 1 Tawuran





Kok bisa pelajar itu tawuran?
Katanya, ada budaya kekerasan….

Kok bisa ada budaya kekerasan?
Katanya, sudah kebiasaan…

Kok bisa kekerasan menjadi kebiasaan?
Katanya, belajar dari para pendahulu…

Lho, kok bisa?
Katanya, itu menjadi tanggung jawab guru…
(Untuk para guru,  Sabar ya…. ). (vic)



Kasihan wartawan itu…
Kasihan pelajar itu…
Kasihan para guru ….
Sang dewan berseru… Kamu harus bertanggung jawab!
Sang pemerintah berseru… Itu tanggung jawab guru!

Lalu,
Putus saja  satu dua generasi
Agar sang kekerasan membasi…!



Budaya kekerasan katannya penyakit keturunan…
Menurun dari para pendahulu yang mendapat kekerasan…
Lalu siapa yang memulainya?

Tawuran…
Adalah budaya kegelisahan….
gelisah akan masa kini dan masa depan yang tak diketahui…

Tawuran….
Seperti bunuh diri….
Tawuran di sekolah…
mungkinkah karena beban belajar yang bikin ngeri?. (vic)





Korupsi…
Bikin keki…
bikin ngeri…
dan bikin tidak mengerti….
Korupsi….
benarkah kita tak pernah korupsi?
dan hanya Nazarudin, Gayus, dan Nunun yang korupsi ?
Sep 28



Sang Merapi…
Gemuruhmu mencekam hati,
Wedus gembelmu semakin bertaji,
Apa karena tak ada sesaji?

Sang Merapi,
Saudaraku hanya bisa meratapi,
Nasib dalam sunyi….
(vic)




Sang Merapi,
Kami masih ngeri,
Ternyata awan panasmu masih lagi,
Meluncur kesana-kemari.

Sang Merapi,
kami hanya bisa lari,
serta berharap segera berhenti.

Sang Merapi,
Biarkan dulu kami menepi…..
. (vic)



Sang Merapi,
Kami meratap lagi…
Awan panasmu masih menggila…
Sekarang batu pijarpun terlontarkan…
Sang jurukunci masih dicari
Sang Merapi terus menari…..

Sang Merapi…
Ketika hujan deras mengguyur…
Laharmu menerjang ke segenap penjuru
maka,
kami hanya bisa lari dan menanti datangnya pagi…
(vic)

SAMPAH PENJARAH (MERAPI-4)


Sementara korban merapi masih resah….
akan derita diri dan derita keluarga,
sebagian orang merajalela dengan nafsu sampah…
tak pedulikan nurani menjarah
sungguh SAMPAH!

Para penjarah itu…
tak punya darah merah…
darahnya lebih  mirip darah jerapah
tetapi lebih rendah dari jerapah sekalipun…
(vic)






Indonesia kita…
Di lingkar sabuk bencana
Gempa tektonik kapan saja
Gempa vulkanik pun bisa semaunya

Indonesia kita…
Semakin  merana tat kala manusia merajalela
Hutan jadi korban nafsu serakah
Perut bumi jadi surga kekayaan  tanpa peduli anak cucu

Indonesia kita …
Sang Bendera terasa kelu
Tat kala tikus-tikus menggeogoti lumpung bangsa
tanpa peduli apa itu dosa

Indonesia kita…
Merana, tat kala sang pengaku mendesak siapa saja yang berbeda…
(vic)

    


Waduh….
Ulat bulu itu dari mana?
Mereka seperti hantu…
Datang tak di udang…
Hanya membuat bulu kuduk berdiri….

Waduh…..
Ulat bulu itupun tak tahu…
mengapa mereka begitu banyak
yang tahu hanya manusia
sang pemiliki kemauan akan alam
menjadikan sumber kepuasan…
Waduh….
(vic)





Kata orang,
mudik itu wajib
karena wajib itulah banyak orang berjuang mati-matian
untuk berjejal di kereta, dan bus-bus seadanya
lupa akan bahaya apa saja
Kata orang mudik itu harga mati,
oleh itu banyak yang rela berpacu…
walau bisa mati kapan saja
mereka bicara…
kalau sampai waktunya, mati dapat di mana saja
Mudik?

(vic)




Booooommmmmm…..
Kurang ajar….!
Kamu mengorbankan diri….
Untuk apa….?
Booommmmmmm….
Kamu tercerai berai…
Apa tidak sakit?
Yakinlah hanya sakit dan kehancurann yang kamu dapat!
Yakinlah Sang Pemilik Hidup-pun tidak suka
Kamu mengatasnamakan-Nya untuk membunuh
Booommmmmm…
sebuah kesia-siaan….
(vic)



Si Cantik itu menangis
Air matanya deras mengalir membasahi pipinya yang memerah,
sungguh membuat yang melihat trenyuh,
Si Cantik itu sekarang tersenyum
senyuman yang membuat yang melihat menjadi geram
karena kata TIDAK yang terlontar darinya
Benarkah dunia ini berputar cepat?
Benarkah si malaikat berbalik menjadi si setan?
Entahlah…
Yang pasti korupsi dan koruptor adalah dua sejoli
tak terpisahkan oleh siapapun dan kapanpun
Korupsi membuat air mata mengalir deras…
air mata rakyat yang menderita
air mata koruptor yang menyesali menga dirinya ditersangkakan
sementara yang lain tidak tersentuh oleh pedang keadilan.

(vic)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 35 SIAL