PUISI 6 Salamku



SALAMKU

Salamku untukmu hai muridku
jiwaku selalu ada untukmu
dan namaku pastilah ada dalam doaku

Aku memberimu segala punyaku ilmu
tertuang bagai air ke dalam hidup padamu
tak ada di hatiku untuk menggerutu
walau kadang kalian menerima sambil kelu

Dari yang punya hidup
aku telah dipanggil menurut namaku
dan diberi tongkat untuk menuntunmu hai muridku

Salamku padamu
agar kalian kuat dan tepat waktu
mampu melesat bagai anak panah yang lapas dari busur itu

Salamku padamu
segera maju dengan tekad membara
bintang yang tinggi itu milikmu
Salamku padamu hai muridku
maju, maju, dan maju. (vic)

 

BULAT

Dari dahulu semua percaya bumi itu bulat
dari dahulu semua percaya cintaku padamu utuh dan bulat

Dari dahulu orang tahu kalau bulan juga bulat
dari dahulu cintaku padamu aku jaga tetap utuh dan bulat

Dari dahulu bola pasti bulat
maka dari dahulu cintaku padamu melaju dengan cepat
semudah bola yang mengelinding cepat

Dari dahulu orang tahu kalau ujung korek api keras dan bulat
dari dahulu orang tahu korek api bisa membakar apa saja
maka cintaku padamu juga bisa membakar dunia
hingga dunia tahu betapa aku cinta padamu

Cintaku dan cintamu sudah diikat
oleh dunia dan surga
maka sebagaimana Allah menyertai Kita
cintaku padamu selalu setia
secara BULAT. (vic)


MENANGKAP PESAN BUMI

Bumi semakin pengap dan panas
Ibu Pertiwi sedang sedih tak mampu tertawa
Melihat putera dan puteri sedang adu demo-kerasi
Serangga juga tak lupa ikut unjuk gigi
Dan anak-anak mengalami ngeri
Karena adu otot para penggarap negeri

Pesan dari bumi
Hendaknya berlaku suci
Dan empati bagi sesame yang sepi
Jangan gila dan banci. (vic)


TIGA BERMATA CINTA

Aku disambut dengan suka cita
ayah dan ibu menanti begitu lama
semua saudara pun bercerita
aku adalah sebuah harapan yang sudah tiba

Aku berlari penuh ceria
bermain di tanah lapang dan pematang
sepanjang hari tak henti
berkembang dan belajar makna kehidupan

Aku terus bertanya
kepada siapa saja yang mau bercerita
hingga sebuah hadiah aku terima
dari dewa-dewa pemilik istana

Aku lukis sebuah kenangan
yang kugenggam tak mau hilang
kemudian aku berikan
kepada yang mau menerima

Hadiah itu sekarang sudah bertambah
tiga senjata bermata cinta
terus kuasah semakin tajam
agar dapat membelah dunia
menyebar embun yang menyejukkan

Tiga senjata bermata cinta
semakin teguh semakin perkasa
laksana badai menyapu gurun
menebar indahnya bunga. (vic)

 

SEBUAH CERITA


Saat itu hari masih sore
hujan deras mengguyur tak mau tahu
aku duduk berdua
di depan rumah yang orangtuanya
Saat hujan masih mendera
aku memberanikan berkata
hai belahan raga
maukah kamu melengkapi tubuhku yang terluka,

Tanpa kata
tanpa pesan nyata
memandang bola mataku seakan merangkai kata-kata
dan anggukan pelan itu sudah memberi tahuku
segera aku mesti membangun istana
yang dindingnya untuk menyimpan sebuah cerita. (vic)


KELUARGA

Siapa saja yang ada di dalam keluarga adalah mutiara
Mutiara penyejuk jiwa orangtua
Siapa saja yang ada di dalam keluarga adalah mutiara
Mutiara selembut kain sutera
Adalah bangga
Adalah harapan
Adalah tiang tegak perwira dan berwibawa
Adalah pilar yang tak tergantikan
Senyum di dalam keluarga
Adalah air bermadu nan manis manja
Siapa saja di dalam keluarga
Siap maju…
Siap kerja…
Tanpa malas…
Tanpa keluh…
Siap meluncur dari tali busur…
Menembus badai rintangan untuk meraih masa depan gemilang!
Selamat berjuang, anak-anakku
Selamat berjuang, harapanku
Waktu sudah menunggumu
Sukses di depan siap digenggam olehmu. (vic)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL