P-O-L-I-T-I-K
Persoalan
pemilu selalu terjadi dari waktu ke waktu. Segala daya upaya dikerahkan untuk
meraih kemenangan dalam pencoblosan. Tujuannya satu, yakni menjadi penguasa
untuk 5 tahun ke depan. Jika memungkinkan melanggengkan kekuasaan selama-lamanya.
Tim kampanye dikerahkan, seribu opini dikumandangkan melalui berbagai media.
Organisasi
pendukung atau yang sering disebut relawan berlomba menjadi kekuatan untuk berperang
pernyataan. Deklarasi menyeruak bagai tembakan, dengan tujuan suara rakyat akan
mengarah pada kubu yang didukung. Pokoknya, kubu yang didukung adalah kelompok
terbaik yang akan mengerjakan program untuk kebaikan bangsa dan negara. Pihak
lain diluar kubunya adalah lawan yang harus dihentikan.
Luar
biasanya, masyarakat segera terbelah menjadi beberapa bagian yang saling
meneriakkan dukungan. Maka, julukan kelompok menjadi santapan sehari-hari: cebong…..,
kampret….., kadrun….. Lantas caci maki disuarakan untuk mengecilkan pihak yang berseberangan.
Itulah
hal menjadikan negeri ini menjadi genting, dan penuh kecemasan. Padahal para elit
sebenarnya masih bisa tertawa bersama, ngopi bersama, dan menikmati hiburan
bersama-sama. Tetapi masyarakat bawah masih saja meneriakkan kata kecebong,
kampret, dan kadrun tanpa mengetahui bahwa junjungannya sudah duduk di kursi
yang empuk. Masyarakat bawah tetap saja harus berjuang dalam kesusahan dan
keprihatinan oleh desakan kebutuhan ekonomi.
Tetapi
itulah politik. Kata orang, politik itu kejam. Saat terjadi kontestasi kawan
dapat menjadi lawan, dan lawan dapat menjadi kawan. Dalam politik memang tidak
ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan yaitu meraih
kekuasaan atas nama pembangunan dan kesejahteraan bersama.
Iming-iming
menjadi senjata utama dalam upaya merebut kekuasaan. Maka propaganda yang
sensasional sering terlontar tanpa dapat direda. Masyarakat yang terhimpit oleh
kemiskinan tentu tertarik tanpa banyak berpikir. Suapa yang tidak tertarik
program makan gratis, siapa yang tidak tertarik program perumahan nol persen?
Siapa yang tidak tertarik program OK-OC? Siapa yang tidak tertarik program
perluasan lapangan kerja?
Ketika
pemilu sudah terlaksana, dan pemenang sudah diumumkan, maka hanya harapan yang
masih bisa digantungkan kepada penguasa yang dikukuhkan. Semoga masyarakat
kecil benar-benar dimakmurkan. Semoga
tidak mengecewakan.
Komentar
Posting Komentar