GABAH

GE (GABAH)


Walaupun dikenal sebagai negara agraris dan memiliki jenis makanan pokok beranekaragam, masyarakat Indonesia dikenal sebagai konsumen beras. Jumlah kebutuhan beras setiap tahunnya merupakan jumlah kebutuhan tertinggi di dunia. Ya, masyarakat Indonesia sangat bergantung pada pasokan beras.

Sebagai negara agraris yang tanahnya begitu subur, seharusnya para petani mampu menyediakan pasokan beras sesuai dengan tingkat kebutuhan. Tetapi rupanya, sejauh ini pasokan beras nasional dicukupi dengan cara mengimpor dari negara lain, antara lain Vietnam dan Thailand!

Apa masalahnya? Penyebabnya bisa beranekaragam.
Pertama, jumlah lahan subur milik petani terus terkurangi oleh derasnya pengalihfungsian lahan sawah menjadi daerah hunian, atau daerah industri. Dengan demikian, jumlah panenan padi dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Kedua, adanya perubahan musim. Sebagaimana diketahui sekarang ini pola musim berubah yang menyebabkan kesulitan bagi petani untuk menanam padi. Jika pun padi sudah ditanam, perkembangannya tidak sbegitu baik, sehingga jumlah panenan berkurang.

Ketiga, Petani kurang bergairah menanam padi. Sebab ketika menanam dibutuhkan biaya produksi yang begitu tinggi. Harga pupuk mencekik leher, harga bahan pemberantas hama juga mahal. Tetapi begitu panen, harga yang ditawarkan begitu rendah. Harga gabah sangat rendah. Singkat cerita petani rugi!

Petani ibarat ayam mati di atas lumbung padi. Mengenaskan. Petani menjerit dan terjepit oleh gabahnya sendiri!

Sementara, kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok tetap saja tinggi. Bagaimana tidak tinggi? Dua ratus juta lebih perut yang harus diisi! Dan solusi gampang yang diambil adalah mengimpor beras dari luar negeri. Untuk jangka pendek, barangkali hal itu bisa dimaklumi. Tetapi untuk jangka panjang kebijakan terus-menerus mengimpor beras adalah kebijakan yang dapat dikategorikan gegabah. Apa lagi kalau sampai impor gabah.

Impor beras sangat rawan dengan permainan curang, permainan harga, dan bahkan tindakan korupsi. Permainan yang mengundang bencana! Hendaknya pengambil kebijakan semakin bijaksana. Jangan gegabah memainkan harga gabah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL