WAKTU

SANG BUAH HATI


Pada 13 Mei 2003 lahir anak kami yang ketiga yang kami beri nama Filifus Neri Aristo Sinatria. Kelahirannya melengkapi kebahagian keluarga kecil kami. Dan waktupun terus bergulir, dan Anderas akhirnya lulus sekolah dasar. Mengingat biaya pendidikan yang besar (walau sudah dengan keringanan biaya dari yayasan), kami sebagai orangtua memutuskan Andreas Ernesto kami sekolahkan di SMP Negeri 75 Kebon Jeruk, di wilayah Jakarta Barat. Alasan lainnya adalah agar Andreas Ernesto memiliki pengalaman bersekolah di tempat lain dengan harapan ia menjadi lebih mandiri tanpa terikat oleh ayahnya yang berkerja sebagai guru di sekolah Sang Timur. Melihat perkembangan Andreas Ernesto yang baik di sekolah negeri, Ergian pun kami masukkan di SMP Negeri 75 dua tahun kemudian setelah ia lulus dari SDK Sang Timur.
Andreas Ernesto meneruskan sekolah di SMA Negeri 78 seusai lulus dari SMP Negeri 75. Sedangkan Ergian tidak bisa meneruskan sekolah di SMA Negeri 78 karena terkendala NEM yang tidak memenuhi kriteria SMA N 78. Juga terkendala sistem PPDB SMA Negeri yang diatur dengan sistem zonasi untuk gelombang II. Nilai NEM Ergian bisa diterima di SMA Negeri di kawasan Jakarta Timur sesuai dengan alamat KTP dan KK kami. Akhirnya, dengan kebaikan hati Sr. Antoni PIJ, Ergian ditarik ke SMA Katolik Sang Timur dari SMA Katolik Tarsisius II. Dengan permohonan maaf, Ergian saya ijinkan mengundurkan diri dari SMA Katolik Tarsisius II sebelum pelaksanaan MOS. Ergian ternyata lulus seleksi PPDB SMA Katolik Sang Timur dengan nilai yang membanggakan.
Waktu terus berjalan. Anak-anak semakin besar. Kebutuhan biaya pendidikan juga semakin besar. Kebutuhan biaya itu semakin terasa karena Andreas dan Ergian menempuh pendidikan tinggi swasta(Andreas kuliah di Universitas Atma Jaya Jakarta, Ergian kuliah di Universitas Multi Media Nusantara, BSD). Sementara Aristo masuk sekolah menegah atas (SMA Negeri 85) Jakarta.
Salah satu upaya memenuhi biaya pendidikan di perguruan tinggi untuk anak-anak kami adalah dengan menjual rumah kami di Parung Panjang. Pada saat harus membayar biaya awal kuliah Andreas, kami mengalami kendala karena sedang merenovasi rumah kami di kampung Gaga agar layak dihuni karena saat kami beli rumah tersebut dalam keadaan yang kurang layak, sungguh memerlukan perbaikan. Puji Tuhan, kesulitan biaya tersebut dapat diatasi dengan bantuan rekomendasi dari gereja MBK sehingga pihak Universitas Atma Jaya berkenan menurunkan biaya awal sebesar 50%. Sementara untuk biaya awal kuliah Ergian, pihak Universitas Multimedia Nusantara memberlakukan kebijaksanaan potongan 50 % bagi anak-anak guru, dan kekurangannya kami bayar dengan bantuan pinjaman tanpa bunga dari seorang sahabat (Ibu Angelina). Sampai saat ini., Tuhan tetap memberikan jalan kepada kami untuk dapat mencukupi biaya pendidikan anak-anak kami.

(bagian 6)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL