PUISI 29 LANGIT

LANGIT

Bulan merah di kaki langit
serba marah karena bencinya selangit
bulan terbit di sebelah timur
benci selangit tak ingat umur
bulan sabit di ufuk barat
waktu semakin sempit segera bertobat

Langit biru tanpa bintang
langit gelap bintang bersinar
haru biru demo menghadang
hati gelap panas berkobar-kobar

Hujan rintik jatuh dari langit
sirami wajah-wajah bengis
pujian selangit terasa sorga
walau hati meringis tubuh meronta.  


Suara langit tak lagi terdengar
suara di bumi yang masih menjalar
merambah segala penjuru
yang tidak bersalah diburu-buru.  (vic).


SESAK

Dunia semakin sesak
nafas pun juga tambah sesak
nasib rakyat jelata semakin terdesak
penguasa berjingkrak-jingkrak

Tangis merata ke seluruh negeri
penguasa justru pelesir ke luar negeri
nasib rakyat sungguh terdesak
sesak di kantong sesak di dapur

Kapan negeri ku damai
damai di hati damai di panci
biarlah bubur tetap nasi
agar nasib bangsa tidak basi. (vic).


TAK BERUBAH

Tetap
tidak berubah
sudah nyaman?

Tetap
tidak berubah
tak mau melangkah?

Tetap
malas bergerak
tidak berubah?

Tetap
sebenarnya mengerti
tetapi cuma di bibir
payah!

(vic).


TERPENJARA

Orang terpenjara itu sebenarnya sengsara
tetapi orang terpenjara kadang tidak sadar
lakunya tetap kasar
lakunya tetap sangar

Orang terpenjara selalu berkata
aku tidak salah
orang terpenjara selalu berseru
kalian sungguh tidak tahu.  (vic).


TIDAK MERASA

Kalian harus berubah
lihatlah saya,
kalian seharusnya berbuat
lihatlah saya,

lihatlah saya
saya sudah ,
kalian harus begini
lihatlah saya,
kalian harus begitu
lihatlah saya,
kalian harus merasa
karena saya tidak mampu merasa.

(vic).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL