SAMPAI UJUNG

SAMPAI DI UJUNG JALAN


Kawan, tak terasa sudah sampailah perjalananmu. Ada banyak cerita yang kita alami bersama. Ada cerita gundah, ada cerita susah, ada cerita canda, ada cerita gelisah, dan ada cerita akan sebuah harapan.

Ada kalanya kita berbagi cerita tentang bagaimana sikap kita sebagai teman, tentang sikap kita sebagai kepala keluarga, dan cerita-cerita lain yang kadang kala hanyalah sebuah intermezo. Dan akhirnya, di sebuah siang dirimu menemuiku hanya untuk bercerita denganku. (Mohon ijin aku menuliskan sepenggal kata-katamu saat itu).

Dengan langkah terseret dirimu masuk ke ruangan di mana aku sehari-hari duduk dan bekerja.
Seperti biasa aku sapa dirimu,"Apa kabar, Pak De.....Sehat?". Namun jawabmu agaknya kurang nyambung dengan pertanyaaanku,"Ya diakui saja, itu adalah salahku, aku memang tidak dapat bekerja secara maksimum karena kondisiku".

Tanpa aku bertanya, aku sudah tahu apa yang dirimu maksudkan dengan ucapanmu itu. Ya sudahlah , Pak De..... semua sudah terjadi, semoga ke depan akan lebih baik lagi. Sehat!

Sambil duduk, lalu dirimu berkata,"Om, ngobrol sebentar ya. Kata dokter penyakitku ini menjadi kanker".

"Ya, Pak De. Terus kata dokter, stadium berapa?

Akhirnya, obrolan singkat pun kita lalui di saat itu. Betapa aku melihat  bagaimana dirimu mencoba untuk tegar menghadapinya.

"Om, penyakitku ini masih ada obatnya kan?". dan aku jawab, "Yakinlah ada Pak De". Obat yang utama adalah semangat untuk terus berjuang. Jangan pernah berkata menyerah.

Lalu dirimu berkata dengan kaca mata iman. "Ya, Om... Tuhan pasti tidak memberikan penyakit ini kepada ku, kalau aku tidak akan kuat. Aku pasti kuat!".

Rupanya, perbincangan itu adalah perbincangan yang tidak akan dapat terulang, Kawan. Karena dirimu sudah sampai di ujung jalan. Sudah sampai di garis finish di ujung tanah harapan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL