ALAM KITA

ALAM KITA BICARA

Baru saja gunung Sinabung berbicara. "Aku telah lelah mengawal manusia. Aku lelah dan marah, sebab mereka tidak henti-hentinya menyengsarakan alamku yang dulu teduh dan rindang sekarang menjadi gersang. Jiwaku bergejolak!. Begitu dahsyatnya gejolak dalam diriku, aku tak mampu menahan lagi. Maka tumpahlah awan panas, dan lavaku mengalir deras ke setiap lereng dan lembah yang mungkin dilalui tanpa memandang siapa-siapa lagi"

Belum lagi hilang suara keluh kesah Sinabung, saudara sebangsanya si Gunung Agung pelan tapi pasti ikut mengeluarkan sesak yang dideritanya. Awan kelabu bercampur lumpur merah panas melesak keluar tanpa bisa terkendali lagi. Akibatnya setiap manusia yang menghuni di daerah sekitarnya terpaksa mengungsi mencari selamat.

Alam memang sedang melepaskan apa yang dia punya. Tak Jauh dari ke dua gunung yang sedang gundah itu, Sang laut memberikan kejutan kepada manusia. Uap air laut yang terdorong oleh panggangan sinar matahari katulistiwa telah naik ke atas puncak cakarawala, terbang mengikut angin puting beliung, dan  menghamburkan sejumlah besar air hujan dari langit laksana membelah angkasa. Air yang jatuh ke lereng-lereng gersang pegunungan berkumpul menjadi aliran liar tak terperi. Menggerus lereng bukit kapur, mendorong tebing-tebing untuk rela longsor.

Tinggal manusia yang hanya  terdiam dalam kekalutan. Diam dalam ketakutan. Diam dalam kepedihan, sebab harta benda dan kasih sayang bisa hilang tak tersisa. Seraya berkata " apa dosa kami?"

Alam sudah bicara. Alam sudah menyatakan dirinya bahwa  sedang gundah gulana. Masihkah manusia akan tetap jumawa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL