PUISI 14 Hujan

HUJAN 

Langitku tampak kelabu
Matahari sudah pasti malu
rintik hujan jatuh di atas atap-atap rumah
ciptakan aluran musik alam
berdenting merdu


Hujan rintik sedari tadi
memaksaku menunggu waktu
sambil berlayar ke ujung dunia
lewat pesan-pesan maya

Hujan rintik terus bergemericik
dipadu hembusan angin
dingin dan sepi

Hujan tak pandang hari
hujan tak lagi peduli musim
tanpa peduli tanpa tanda
jatuh semena-mena
karena manusia tak lagi merasa
gerus bumi tanpa henti
gerus hutan tanpa pesan


Hujan tak lagi musiman
kapan datang sesuka-suka
banjir luapan tunggu giliran





MENUNGGU

Kulihat langit tak biru
kulihat langit sedang hitam kelabu
titik hujan mulai satu-satu
menyapu kabut debu

Kulihat langit semakin hitam
angin deras manyapu wajah
hatiku semakin ragu
masih berhenti atau maju

Aku ragu
kapan langit akan biru
sebab titik air semakin ribut
berseru lalu menyapu kabut jalanan
silang siur kendaraan berjalan zig-zag
berpacu dengan waktu

Kutetapkan kakiku terpaku
berpijak di atas tanah batu
menunggu langit menyibak awan
dan titik hujan berhenti sejenak
untuk ku menembus sore ini

Ku rindu anak-anak
kurindu juga sang ibu
yang menungguku
berkumpul untuk berbagi cerita. (vic)



SEMU

Kata sebuah cerita, jangan ada dusta di antara kita
namun apa jadinya apabila ternyata dusta itu ada
jelas ada dusta, karena memang ada berita
berita yang tidak berdusta
sebab dusta yang sudah terjadi di antara kita
sungguh tidak berdusta


Dusta yang ada membuat semuanya menjadi semu
yang kelihatan baik ternyata cuma dusta
dan jadilah yang baik itu sekedar semu
sebab baik itu membalut dusta di dalamnya


Padahal semua pun sudah tahu
jika hal semu itu menyakitkan
sakit karena dusta yang menyayat
dan dusta terus membabi buta
menjadi perih karena luka
luka yang tidak semu, luka yang tidak dusta


Maka hentikan dusta
agar bahagia hari ini tidak cuma sebatas semu. (vic)


ALIBI

Itu bukan aku,
itu karena dia,
itu karena mereka,
mereka yang punya kerja

Ini bukan salahku,
Ini karena dia yang salah,
yang kurang benar pasti mereka,
karena akulah benar adanya

Alibi memang paling gampang
alibi memang tak perlu tenaga
alibi bisa menutupi kekurangan
alibi membuat yang lain terpendam. (vic)




KETIKA

Ketika kunyatakan cinta ,
kamu menerimanya
Ketika kunyatakan harapan,
kamu sanggup mendukungku
ketika jemarimu ku genggam menuju altar,
kamu berjalan dengan seyuman
ketika sudah dipersatukan,
kamu setia sampai kini


Ketika semua rencana tak melaju sempurna,
kamu setia menguatkanku
ketika aku lelah,
kamu memberiku penghiburan

Ketika kita semakin menua,
cintamu semakin dewasa.(vic)



BIARKAN


Untuk apa air mata kalau tangis tetap ada
senyuman lebih baik untuk menghapus luka
dan untuk apa marah di dada kalau harapan masih ada
harapan masih ada bagi yang punya rencana!


Biarkan embun jatuh di atas daun
karena mentari pasti menyibngkarkannya sesaat lagi
biarkan sungai tetap mengalir
karena air itu tetap dibutuhkan kehidupan


Tetapi jangan biarkan burung tak lagi bernyanyi
karena suaranya adalah pelipur hati yang berduka
dan biarkan angin sejuk berhembus
karena angin menghapus duka lara
karena angin menghapus air mata


Biarkan dunia tetap tertawa
sebelum tertawa itu di bawa angin entah kemana. (vic)



BERKABUNG-BERKUBANG

Kita sedang berkabung
tanah kita sedang longsor
hutan kita marah terbakar
asap menutup seluruh udara
laut kita sedang tercemar
dari sungai yang juga tercemar

Kita sedang berkabung
negeri kita sedang nestapa
alam tak lagi ceria
karena luka di sekujur tubuhnya

Kita sedang berkabung
karena negeri ini sedang berkubang
berkubang pada ketidakpedulian
atas derita rakyat yang kelaparan

Kita sedang berkubang
keringat dan darah tak lagi beda
ibu membunuh anaknya
suami menyiksa istrinya
saudara lupa asalnya
yang berbeda dianggap hama

Kita sedang berkabung atas kubangan yang tercipta
kita lagi berkubang dalam kabung yang memporakporanda
kapan kita lepas dari kabung yang sedang mengubang
atas negeri tercinta dan rakyat yang sedang gila
dan pemimpin yang sedang buta?

(vic)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI 57 FITNAH

PUISI 1 Tawuran

PUISI 35 SIAL