Tiga Dua
Singkat cerita, akhirnya saya menjadi bagian
dari kekaryaan Yayasan Karya Sang Timur. Terus terang, nama Sang Timur ini
menjadi alasan saya betah bergabung di dalamnya. Sang Timur bagi saya sungguh
menyentuh jiwa. Nama Sang Timur sering terdengar saat saya mengikuti pawulangan
katolik di kegiatan rohani setiap malam minggu di kring Candirejo wilayah di
mana saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya. Lagu “Wus miyos Gusti Sang Timur, ayo ta prakaca sowan
samya. Wus miyos Sang Maha luhur, kang tuhu asih tresnanya…” merupakan lagu yang wajib dinyanyikan di setiap perayaan Natal.
Rupanya, arti Sang Timur di
sekolah ini benar adanya sebagai sosok Yesus masa kanak-kanak. Hal itu saya
peroleh melalui penjelasan Sr. Alfonsa PIJ (Kepala Sekolah) ketika saya menanyakannya
untuk konfirmasi apakah dugaan saya benar. Nyambung juga dengan PIJ di
nama biarawati para suster Sang Timur. PIJ singkatan dari Pauperis
Infantis Jesu, artinya kanak-kanak Yesus yang miskin, sang sumber hikmah yang
menjadi kekuatan spirit ibu Clara Fey dalam pelayanan dan memberi perhatiannya kepada anak-anak miskin dan terlantar.
Walau tidak dari awal
bergabung dengan SMA Katolik Sang Timur dari berdirinya di tahun 1986, namun
saya menjadi bagian yang berjuang membesarkan sekolah ini untuk dapat
bersanding sejajar dengan sekolah-sekolah yang lebih dahulu berkibar menjadi
tempat pendidikan yang diminati oleh masyarakat: SMA Regina Pacis, SMA Bunda Hati Kudus, SMA Negeri 78, dan sekolah-sekolah lainnya. Para guru, karyawan, dan kepala
sekolah bahu-membahu memberikan gagasan untuk memajukan sekolah. Puji
Tuhan, apa yang kita perjuangkan perlahan-lahan dapat tercapai menjadi sekolah
yang dipandang oleh masyarakat dan tetap eksis sampai sekarang.
Saat bergabung di SMA Katolik Sang Timur, saya menjadi
sosok guru muda, bahkan menjadi yang termuda di SMA Katolik Sang Timur.
Setelah 32 tahun di sekolah ini, saya kini menjadi guru terlama berdasarkan
tanggal SK dari Yayasan. Bisa dikatakan menjadi guru yang paling senior.
Sebentar lagi, saya akan memasuki masa purna bakti. Batasan waktu yang tidak
bisa ditahan, walau dalam hati saya merasa sedih untuk meningggalkan tempat di
mana saya menghabiskan separuh usia saya. Banyak kenangan yang tidak akan dapat
saya lupakan. Namun, inilah batas "tugas dan perutusan" yang diberikan Tuhan untuk saya.
Semoga jejak saya dan peran saya di SMA Katolik Sang Timur ini dapat menjadi
salah satu tonggak yang memperkokoh karya sekolah menuju masa depan.
Hanya pesan yang dapat
ditinggalkan untuk adik-adik saya,-para rekan guru, staf tata usaha, dan
karyawan, silakan berjuang dan memantapkan hati untuk terus meningkatkan
kompetensi menghadapi tantangan pendidikan di masa mendatang. Zaman terus berubah
secara cepat, zaman mengalami disrupsi. Anak-anak negeri sudah tidak seperti zaman
kita. Mereka memiliki dunianya sendiri. Hendaknya kita tidak menjadi batu
sandungan, melainkan batu loncatan bagi generasi muda bangsa. Masa depan adalah
milik orang muda. Yang bisa dilakukan oleh orang yang lebih dewasa adalah
memberi bimbingan bagi mereka.
Kata kunci untuk terus berjuang adalah : siap sedia, kerjakan sepenuh hati, tetap jaga integritas, dan terapkan prinsip hospitilitas!
Selamat berjuang SMA Katolik Sang
Timur. Sampai ketemu di lain kesempatan!
Komentar
Posting Komentar